Irma Kusmawati

Wikimapia

DAS Limboto. Sumber: Wikimapia

DAS LIMBOTO

Administrasi Pemerintahan

DAS Limboto terletak pada 122° 42’ 0.24” – 123° 03’ 1.17” BT dan 00° 30’ 2.035” – 00° 47’ 0.49” LU. Secara administrasi pemerintahan terletak di wilayah Kabupaten Gorontalo dan sebagian kecil Kota Gorontalo. DAS Limboto memiliki luas 91.004 ha tersebar di 9 (sembilan) kecamatan dan 70 (tujuh puluh) desa. Rincian luas wilayah tiap kecapatan dapat dilihat pada tabel berikut : Tabel 1.

Gambar 1. DAS Limboto, Propinsi Gorontalo

Gambar 2. Grafik Luas Wilayah DAS Limboto

Gambar 2. Grafik Luas Wilayah DAS Limboto

Topographi

Daerah Aliran Sungai (DAS) Danau Limboto terletak dibagian tengah Minahasa Peninsula yang mencakup total luas 2.700 km2, yaitu DAS Limboto – Bolango – Bone (LBB). Topographi dari area studi didominasi oleh arah orientasi Timur – Barat. Area studi terdiri dari pegunungan membujur Timur – Barat, dalam belahan Selatan – Utara, dan merupakan dataran rata diantaranya. DAS Limboto terletak dibagian Barat, Utara dan sebagian Timur dan Selatan Danau Limboto. Semua sungai mengalir ketengah – tengah dataran dan akhirnya masuk ke danau dan keluar ke Teluk Tomini.

Sungai Biyonga, Molamahu, Pohu, Marisa, Rintenga, Meluopo bergabung dengan Sungai Topadu (pengeluaran dari Danau Limboto), pada ujung bawah mengalir ke Sungai Bone. Sungai Bone mendrainase dari bagian timur, mengalir ke laut setelah bertemu dengan Sungai Bolango dekat muara. Sungai-sungai terjepit pegunungan dan membawa sedimen ke dataran rendah. Dataran area dari DAS Limboto sangat sempit, hanya 20 % dari seluruh DAS. Ketinggian daratan pada pegunungan Utara danau berkisar + 700 – + 1000 dan pegunungan Selatan berkisar + 1000 – + 1500 serta pegunungan di bagian Barat perbukitan berkisar + 100 – + 500. Pada bagian tengah DAS Limboto, ketinggian berkisar + 50 – + 100, sedangkan DAS yang berbatasan dengan Danau Limboto berkisar + 20 – + 50.

Gambar 3. Peta Topografi DAS Limboto

Iklim

Iklim pada DAS Limboto secara umum diklasifikasikan sebagai tropis basah. Pada Koppen klasifikasi area studi masuk ke dalam klas Af group. Iklim ini didefinisikan sebagai iklim tropis yang mempunyai hujan dengan periode kering tidak teratur, dengan temperatur lebih 18o C bulan terdingin.

Variasi Hujan Tahunan

Waktu panjang hujan rata – rata tahunan (1975 – 2003) telah dapat diperkirakan hanya pada stasiun Jalaludin dan Boidu yang terletak di dataran pada area studi. Jumlah hujan pada kedua stasiun adalah sama selama periode panjang. Rata – rata hujan tahunan adalah 1443,6 mm pada stasiun Jalaludin dan 1546,4 mm pada stasiun Boidu/Bendung Lomaya. Pada stasiun Boidu hujan tahunan maksimum 2373 mm (th 1996) dan minimum 1067 mm (th 2002). Pada stasiun Jalaludin hujan tahunan maksimum adalah 1843 mm (th 2001) dan minimum 858 mm (th 2002)

Gambar 2. Curah Hujan Tahunan Stasiun Boidu Tapa

Gambar 4. Curah Hujan Tahunan Stasiun Boidu Tapa

Gambar 2. Curah Hujan Tahunan Bulanan Stasiun Jalaludin

Gambar 5. Curah Hujan Tahunan Bulanan Stasiun Jalaludin

Variasi Hujan Bulanan

Distribusi hujan bulanan rata – rata pada stasiun Jalaludin dan stasiun Boidu diperlihatkan pada Gambar 3.6. dan Gambar 7. yang merupakan hujan khas dekat equator.

Gambar 3.6. Curah Hujan Rata-rata Bulanan Stasiun Boidu Tapa

Gambar 6. Curah Hujan Rata-rata Bulanan Stasiun Boidu Tapa

Gambar 3.7. Curah Hujan Rata-rata Bulanan Stasiun Jalaludin

Gambar 7. Curah Hujan Rata-rata Bulanan Stasiun Jalaludin

Hujan bulanan maksimum pada bulan Mei 306 mm (th 1998) dan minimum pada bulan Agustus/September 0,0 mm (th 2002) untuk stasiun Jalaludin. Pada stasiun Boidu hujan bulanan maksimum 355 mm jatuh pada bulan Januari tahun 2000, sedang hujan bulanan minimum 0,0 mm jatuh pada bulan Juli/Agustus tahun 2002. Hujan bulanan rata – rata berkisar 42,2 – 162,2 mm untuk stasiun Jalaludin, sedangkan untuk stasiun Boidu adalah 65,7 – 169,6 m.

Musim kering dengan hujan kurang 100 mm sebulan, jatuh pada bulan Juli sampai September. Februari merupakan bulan kering dengan hujan kurang 100 mm di dalam antara 2 musim penghujan pendek.

Temperatur

Gambar 8. menunjukkan temperatur bulanan rata – rata maksimum dan minimum, humiditas bulanan pada Pos Bandara Jalaludin yang mewakili gambaran iklim di area studi. Area studi adalah equatorial dan dicirikan temperatur tinggi dengan tidak signifikan musiman variasi (26,3 – 27oC).

Gambar 3.8. Temperatur Rata-rata Maksimum dan Minimum Stasiun Jalaludin

Gambar 8. Temperatur Rata-rata Maksimum dan Minimum Stasiun Jalaludin

Geologi

Sulawesi memperlihatkan bentukan oleh tumbukan dari benturan 2 lempengan bumi. Lempengan Benua Australia bergerak ke arah Barat dengan mengalirkan magma dan bertumbukan dengan lempengan Benua Asia. Tumbukan tersebut disertai dengan patahan dan putaran fragmen pada lempengan utama. Lempengan Australia menyusup di bawah lempengan Asia, dan hal tersebut menyebabkan pemunculan dan pemisahan fragmen lempengan.

Bagian Utara bersama bagian Selatan Sulawesi memisah sepanjang garis Selat Makasar dari lempengan Asia pada bagian Barat Kalimantan yang menyebabkan proses tektonik selama pertengahan jaman tersier. Batuan dasar tertua jaman pra tersier dari metamorphik dan ultrabasic telah muncul di ujung Barat Daya pada Sulawesi Utara. Berikutnya awal pertengahan jaman tersier batuan volkanic antara dasar dengan batuan sedimen tersebar menutupi batuan dasar. Granit menyusup terjadi di tengah akhir jaman tersier dan tersebar secara luas di Sulawesi Utara, mendekati gabungan mineralisasi.

Batuan pasir, volkanic conglomerat dan dasar tipis batuan kapur telah membentuk pada akhir jaman tersier. Batuan tersebut dapat diobservasi pada bagian Utara dari Sulawesi Utara. Batuan volkanic dari andesit dan atau komposisi dacific telah masuk menerobos ke atas nebtuibes strata pada awal jaman kuarter dan batuan tersebut membentuk pegunungan tinggi diwilayah.

Relatif kurang konsolidasi dan strata endapan ”celebes mollase”, yang terdiri dari konglomerat, kuarsa batuan pasir, shales, marls, coral batuan kapur menurun menutup volkanic kuarter awal. Batas porsi dari strata/ (lapisan) dapat diobsevasi pada kondisi terbuka. Endapan baru pasir, gravel dan coral karang telah menyebar di atas seluruh strata (lapisan).

Geologi pada area studi terdiri utamanya jenis volkanic dan batuan sedimen pada pertengahan jaman tersier ke awal jaman kuarter. Volkanic dan batuan sedimen pembentuk utama ke jenis susupan (intrusi) merupakan metamorphose ringan ke tinggi dan kondisi asli dari batuan metamorphose tinggi sedikit tidak dapat dibedakan. Sebagian batuan sedimen adalah ke granitan dan metamorphosean/lapukan.

Strata (lapisan) awal ke tengah jaman tersier tampak membentuk batuan dasar di area studi. Jenis – jenis batuan granit dan granodiarites mudah dibedakan dari satu dengan lainnya : awal ke tengah lapisan tersier, kemudian batuan tersebut dapat dipetakan secara terpisah pada peta geologi dari area studi.

Batuan sedimen dari akhir tersier tidak tampak ke permukaan pada area studi, akan tetapi terdapat kondisi kristalisasi dari batuan kapur, yang dapat mengindikasikan penyebaran batuan sedimen tersier mengutamakan ke volkanic terakhir kejadian dari awal kuarter. Kondisi kristalisasi batuan kapur tampak dibentuk oleh aktifitas hidrothermal saat itu.

Aktifitas volkanic terakhir dari kuarter telah membentuk kerangka dari topographi saat ini di dalam area studi. Andestic dan dacific lavas menyebar pada puncak tinggi dari area. Tuft lepas (tidak terikat) juga dapat diobservasi sepanjang tebing kanan Sungai Bone.

Endapan tidak terkonsolidasi dari gravel dan pasir tersebar luas pada lahan rendah pada DAS. Lereng dan teras endapan juga tersebar pada kaki dataran tinggi dan area pegunungan menutup formasi tua. Peta geologi pada area studi diperlihatkan pada Gambar 9.

Gambar 3.9. Peta Geologi DAS Limboto

Gambar 9. Peta Geologi DAS Limboto

Geomorfologi

Berdasarkan Peta Land System / Land Suitability Series Repprot 1988 Limboto didominasi oleh punggung-punggung granit terorientasi yang terjal yang mencapai luas 25.947 ha (28,51 %) dan daratan Lakustrin seluas 10.205 ha (11,22 %), dan punggung-punggung yang tak teratur diatas batuan vulkanik basa seluas 8.834 (9,71 %). Punggung bukit dan punggung-punggung bukit karstik yang tidak rata seluas 8.454 (9,29 %). Keadaan geomorfologi DAS Limboto tertera pada Tabel 3.2.

Danau Limboto

Karakteristik Danau

Data mengenai karakteristik (luas, dalam kapasitas) Danau Limboto yang tersedia (hasil studi/penelitian) adalah tahun 1993, 1994, 1996 dan 2001. Kurva hubungan antara elevasi muka air dengan luas perairan dan volume tampungan untuk berbagai tahun diberikan pada Gambar 10. Hubungan tersebut menunjukkan penurunan luas perairan dan kapasitas tampung dari tahun ke tahun.

Untuk elevasi + 4 m, MSL, luas perairan turun dari 37 km2 , 1996, ke 28 km2, 2001 atau turun rata – rata 2,0 km2 per tahun. Sementara untuk volume air atau kapasitas turun dari 55.106 m3 , 1996 ke 48,31.106 m3 , 2001 atau turun rata – rata 1,54.106 m3 per tahun.

Fluktuasi muka air di Danau Limboto bervariasi sesuai dengan musim penghujan dan musim kemarau. Data muka air dari 1993 sampai tahun 1999 diberikan pada Gambar 3.11. Selama periode tersebut Danau Limboto pernah mencapai elevasi muka air rendah 3 (tiga) kali, yaitu + 1,0 m MSL, 1993 dan 1995 + 0,65 m MSL 1998. Muka air rata-rata yang sering terjadi adalah pada + 2,5 m, MSL.

Data historis dari 1900/1932 sampai 2000/2001 mengenai luas perairan dan kedalaman diberikan pada Tabel 3.3. Data tersebut menunjukkan bahwa Danau Limboto sudah mengalami pendangkalan sejak tahun 1934 kedalaman 14 m ke kedalaman 7 m, kemudian sejak tahun 1934 kedalaman terus menurun sehingga tinggal 2,5 – 4,7m.

Linkungan Danau Limboto

Flora dan Fauna

Banyak jenis flora dan fauna di DAS Limboto, Bolango dan Bone yang terbentuk puluhan juta tahun yang lain, masih ada dan sebagian dilindungi dari kepunahan.

Menurut Pemerintah Propinsi, terdapat 4 jenis tumbuhan penting, yaitu Beringin, Kayu Hitam, Damar dan Benuang, serta 5 jenis binatang, yaitu Anoa dataran tinggi, Anoa dataran rendah, Babi Rusa, Kera Hitam dan Maleo. Sedangkan jenis ikan segar banyak hidup di dalam danau yang merupakan sumber ikan tawar dan menjadikan objek mata pencaharian bagi nelayan di sekitar danau.

Akan tetapi DAS Limboto-Bolango-Bone, saat ini, penuh dengan penduduk dan oleh karena itu banyak aktivitas di dalamnya, termasuk pertanian dan industri di sekeliling Danau Limboto, dan konsekuensinya flora dan fauna tersebut terancam punah akibat aktifitas manusia.

Phisik Danau Limboto

Sesuai dengan laporan konsultan CIDA 1996, Danau Limboto sedang mengalami sedimentasi dari sungai dan limbah domestik. Jumlah laju sedimen apung (suspended load) berkisar 33 mg/l pada aliran rendah sumpai 1100 mg/l pada aliran tinggi. Sumber sedimen datang dari penggundulan hutan dan lahan pertanian berupa limbah solid dan sampah dan lainnya yang diproduksi kegiatan manusia.

Sedimentasi di Danau Limboto juga disuplai dari angkutan endapan dasar sungai (bed load) saat banjir, yang juga menyebabkan tebing sungai banyak longsor.

Untuk ditambahkan juga, ada sedimen organik, termasuk bakteri phytoplankton, zooplankton, macrophyte detritus dan kotoran dari ikan dan beberapa invertebrata.

Ketebalan sedimen/endapan di Danau Limboto diperkirakan 3-5 m di timur, 5,8 – 6,4 m sepanjang utara-barat, 8,8-10,2 m sepanjang sisi selatan dan 12,4 m di tengah danau.

Kualitas Air

Air di Danau Limboto adalah tawar. Air laut tidak mampu masuk (intrusi) ke danau. Air danau tawar juga merupakan sumber air tanah di kota Gorontalo dan sekitarnya. Dengan demikian keberadaan air danau sangat strategis sebagai sumber air tawar permukaan untuk penduduk sekitarnya dan kota Gorontalo.

Pemeriksaan kualitas air menghasilkan sebagai berikut :

  1. Kualitas air dari sungai Alo-Pohu dan Bone serta air Danau Limboto, umumnya masih baik. Tingkat polusi dan kandungan zat yang berbahaya masih di bawah ambang bahaya. Sedikit ada polusi pada muara Pohu, Tamalate dan Bone, yang mengandung sedikit tinggi konsentrasi BOD5 (Biological Oxygen Demand), berkisar antara 5,6-38,7 mg/l dan COD (Carbon Monoxyda Dissolved) berkisar 12-45 mg/l serta Coliform Bacillus, berkisar kurang 300-2400 MPN/100 ml. Kekeruhan juga sedikit tinggi khususnya di muara sungai, mencapai 650-1100 mg/l.
  2. Keasaman/kebasaan (pH) dan DO (Dissolved Oxygen) memperlihatkan kualitas air sedikit lingkungan ikan. Hasil pengukuran pH berkisar 7 – 8,2 (sedikit basa/dan DO berkisar 3,2 – 7,1 mg/l, yang mana semua masih masuk kriteria kualitas air yang berlaku.
  3. Total kandungan nitrogen (T-N) dan phosphor (T-P) menunjukan bahwa Danau Limboto sedikit tercemar.
  4. Logam berat mengindikasikan konsentrasi Codnium (Cd), mercury (T-Hg), Pb, Cr+6 bernilai rendah. Akan tetapi Selenium (Se), Arsenic (As), Zn, Fe dan Mg terdeteksi agak tinggi, yang mana ada pengaruh dari perubahan dan aktifitas manusia serta aktifitas industri dan pertambangan.

Sumber: IRMA KUSMAWATI (2006). PENDUGAAN EROSI DAN SEDIMENTASI DENGAN MENGGUNAKAN MODEL GEOWEPP (STUDI KASUS DAS LIMBOTO, PROPINSI GORONTALO); TESIS. Bandung:  Institut Teknologi Bandung Program Studi Teknik Sumber Daya Air.

3 Comments on “Irma Kusmawati”


  1. […] DAS Limboto, sebagai catcment area dari Danau Limboto, memiliki luas 91.004 ha tersebar di 9 (sembilan) kecamatan dan 70 (tujuh puluh) desa. Itu artinya air hujan yang jatuh di titik mana pun di 70 desa itu berpotensi menuju Danau Limboto, dan membawa sedimen, zat hara, atau polutan. Karena itu, pelibatan seluruh warga DAS dan badan hukum yang memiliki persil lahan di 70 desa itu wajib dilakukan. […]

  2. Hardiyanto Says:

    selamatkan danau Limbto sekarang juga, atau bencana nanti

    salam kenal
    http://dotgorontalo.blogdetik.com/

  3. ZAKIR Says:

    lets save our lake…thanks at your participant at limboto lake, so go must go on…


Leave a reply to Konservasi Danau Limboto Cancel reply