Berita 2012

Januari 2012

Pemerintah Tak Serius Tangani Danau Limboto 

Sumber:  http://regional.kompas.com/  3 Januari 2012 

GORONTALO, KOMPAS.com — Aktivis lingkungan di Gorontalo, Verrianto Madjowa, menilai pemerintah daerah tidak serius menangani persoalan di Danau Limboto.

Kualitas danau yang semakin menurun dari tahun ke tahun, seperti sedimentasi dan pencemaran danau, tidak pernah dicegah. Padahal, Danau Limboto berperan sebagai kawasan tangkapan air yang dapat mencegah banjir.

”Pemerintah memang tidak serius menangani semua persoalan dan permasalahan di Danau Limboto. Danau Limboto termasuk danau yang kritis dan perlu penanganan serius sejak di wilayah hulu,” ujat Verrianto, Selasa (3/1/2012), di Gorontalo.

Verrianto menambahkan, Danau Limboto mempunyai peran penting bagi pencegahan banjir di wilayah Gorontalo. Jika sedimentasi di dasar danau dikeruk untuk memulihkan kedalaman danau, daya tampung air di danau itu akan meningkat. Meskipun hujan deras, danau dapat menampungnya sehingga mampu mencegah banjir di Gorontalo.

”Jika dibiarkan terus-menerus, kondisi danau akan semakin buruk. Sedimentasi terus meningkat bahkan lama-kelamaan danau akan rata dengan daratan alias musnah,” ucap Verrianto.

Dari catatan Badan Lingkungan Hidup, Riset, Teknologi dan Informasi (Balihristi) Provinsi Gorontalo, luasan permukaan Danau Limboto yang mencapai 3.000 hektar, 70 persen di antaranya atau sekitar 2.100 hektar tertutup eceng gondok. Sedimentasi di dasar danau menyebabkan kedalaman air danau menurun drastis dari 30 meter pada 1932 menjadi 2,5-3 meter sejak 1990-an.

”Pemerintah Provinsi Gorontalo sudah menganggarkan dana Rp 93 miliar untuk revitalisasi Danau Limboto tahun ini,” kata Kepala Bidang Lingkungan Hidup pada Balihristi Provinsi Gorontalo Rugaya Biki.

Danau Limboto Menjanjikan

Sumber:  http://gorontalo.tribunnews.com/ 3 Januari 2012 

GORONTALO, TRIBUNGORONTALO.COM – Tanaman eceng gondok dan endapan lumpur yang berada di dasar Danau Limboto, Provinsi Gorontalo, menyimpan potensi ekonomi besar. Eceng gondok di permukaan danau seluas 2.100 hektar jika diolah menjadi pupuk organik bernilai Rp 200 miliar.

Badan Lingkungan Hidup, Riset, dan Teknologi Informasi Provinsi Gorontalo bahkan memperkirakan potensi ekonomi di Danau Limboto tidak hanya dari eceng gondok, tetapi juga dari endapan lumpur di dasar danau yang bernilai ekonomi jika dibuat batu bata. Namun, hingga kini potensi tersebut belum diberdayakan.

Kepala Bidang Lingkungan Hidup Balihristi Provinsi Gorontalo Rugaya Biki, Selasa (27/12), mengungkapkan, pihaknya sudah menghitung ada potensi ekonomi bernilai tinggi dari Danau Limboto.

Saat ini luasan eceng gondok mencapai 70 persen atau 2.100 hektar dari 3.000 hektar luas permukaan Danau Limboto. Jika seluruh eceng gondok itu dibuat pupuk organik, misalnya, akan ada potensi senilai Rp 200 miliar.

“Perhitungan kami, jika eceng gondok dibuat pupuk organik akan menghasilkan volume pupuk sekitar 1 juta meter kubik. Jika harga pupuk organik per meter kubiknya adalah Rp 200.000, maka akan ada potensi ekonomi senilai Rp 200 miliar,” ujarnya.

Selain eceng gondok, endapan dari dasar Danau Limboto juga berpotensi ekonomi yang bernilai tinggi. Selain bisa dibuat batu bata, endapan dasar danau juga bisa dibuat barang kerajinan, seperti tas, tikar, kursi, dan perlengkapan rumah tangga lainnya.

“Sayangnya, sampai sekarang potensi itu belum dimanfaatkan sama sekali,” kata Rugaya yang belum menghitung berapa nilai ekonomi dari potensi endapan lumpur tersebut.

Dangkal

Kendati menyimpan potensi ekonomi yang tinggi, pemulihan kondisi Danau Limboto mendesak dilakukan menyusul makin dangkalnya danau tersebut.

Pada tahun 1932 kedalamannya mencapai 14 meter, tetapi saat ini kedalaman danau tersebut hanya 2,5-3 meter. Luas permukaan danau juga menyusut dari 7.000 hektar di tahun 1932 menjadi kurang dari 3.000 hektar saat ini.

Dalam upaya memulihkan Danau Limboto, tahun 2012 Pemerintah Provinsi Gorontalo menganggarkan dana sekitar Rp 93 miliar untuk program pengerukan endapan lumpur dan pembersihan eceng gondok.

Perlu penghijauan

Aktivis lingkungan di Gorontalo, Verrianto Madjowa, mengatakan, yang perlu dilakukan dalam pemulihan Danau Limboto adalah program penghijauan di daerah hulu danau. Sebab, endapan lumpur di dasar danau terjadi akibat penggundulan hutan di wilayah hulu. Air yang mengalir menuju danau membawa tanah yang tererosi.

Untuk memaksimalkan potensi ekonomi di Danau Limboto, gerakan bersama antara pemerintah, lembaga swadaya masyarakat, dan masyarakat sekitar danau harus ada.

“Penanaman pohon bisa mencegah erosi tanah yang terbawa ke area danau yang menimbulkan endapan. Pemerintah bisa bekerja sama dengan masyarakat atau organisasi lingkungan yang ada di Gorontalo untuk pemulihan fungsi Danau Limboto,” kata Verrianto. (*/tribungorontalo.com)

Nelayan Gorontalo Mengeluh Sulit Dapat Ikan 

Sumber: http://regional.kompas.com/  3 Januari 2012 

Enceng gondok terlihat menutupi sebagian permukaan Danau Limboto, di Gorontalo, Senin (2/1.2012). Dari luas permukaan danau yang mencapai 3.000 hektar, 70 persen atau 2.100 hektar tertutup enceng gondok. Hal itu berdampak bagi nelayan karena pergerakan perahu mereka terbatas sehingga sulit mendapat ikan.

GORONTALO, KOMPAS.com – Nelayan di Danau Limboto, Gorontalo, mengeluh karena semakin sulit mendapat ikan di danau. Pasalnya, serangan enceng gondok yang meraja-lela dan hampir menutupi seluruh permukaan danau, membuat pergerakan perahu nelayan terbatas. Apalagi, ikan banyak bersembunyi di bali rerimbunan enceng gondok.

Ridwan Akuba (30), salah satu nelayan di Danau Limboto, Selasa (3/1/2012), mengatakan, sebelum enceng gondok mendominasi permukaan danau, dalam sehari dirinya bisa menangkap ikan hingga 7-8 kilogram. Sekarang, tangkapan ikan berkurang hingga separuhnya atau 3-4 kilogram sehari. Jenis ikan yang banyak ditangkap di Danau Limboto adalah ikan mujair, tawes, nila, dan sepat.

“Pergerakan perahu nelayan menjadi terbatas karena terhalang enceng gondok. Hasil tangkapan ikan nelayan di danau menjadi berkurang. Semoga pemerintah mau memperhatikan kondisi Danau Limboto dengan mengadakan pemberantasan enceng gondok,” kata Ridwan.

Dari catatan Badan Lingkungan Hidup, Riset, Teknologi dan Informasi (Balihristi) Provinsi Gorontalo, luasan permukaan Danau Limboto yang mencapai 3.000 hektar, 70 persen di antararanya atau sekitar 2.100 hektar tertutupi eceng gondok. Sedimentasi di dasar danau menyebabkan kedalaman air danau menurun drastis dari 30 meter pada 1932 menjadi 2,5-3 meter saja sejak 1990-an.

“Pemerintah Provinsi Gorontalo sudah menganggarkan dana Rp 93 miliar untuk revitalisasi Danau Limboto tahun ini,” kata Kepala Bidang Lingkungan Hidup pada Balihristi Provinsi Gorontalo, Rugaya Biki.

Jejak Soekarno di Danau Limboto

Sumber:  http://regional.kompas.com/9 Januari 2012 

GORONTALO, KOMPAS.com — Di tepian Danau Limboto, tepatnya di Desa Iluta, Kecamatan Batuda’a, Kabupaten Gorontalo, Presiden Republik Indonesia yang pertama, Soekarno, pernah menjejakkan kakinya di sana. Soekarno untuk pertama kalinya berkunjung ke Gorontalo pada 1950 dan kembali lagi pada 1956. Kini, jejak Soekarno di tempat itu dibuat sebagai museum.


Bangunan Museum Pendaratan Pesawat Ampibi di tepian Danau Limboto, Desa Iluta, Kecamatan Batuda’a, Kabupaten Gorontalo. Museum ini didirikan untuk mengenang kedatangan Presiden pertama RI, Soekarno, ke Gorontalo pada 1950 dan 1956 menggunakan pesawat amfibi dan mendarat di danau.

Museum itu bernama Museum Pendaratan Pesawat Ampibi. Pasalnya, saat Soekarno berkunjung ke Gorontalo, dua kali menggunakan pesawat amfibi dan mendarat di Danau Limboto. Kala itu, kedalaman Danau Limboto diperkirakan lebih dari 20 meter. Adapun museum tersebut berada sekitar 15 meter dari bibir danau.

Sejatinya, bangunan yang kini menjadi museum tersebut adalah rumah peninggalan Belanda yang dibangun pada 1936. Selanjutnya, pada 29 Juni 2002 rumah itu direnovasi dan diresmikan oleh Presiden RI yang kelima, Megawati Soekarnoputri, sebagai museum.

Museum itu didirikan untuk mengenang semangat juang Soekarno mempertahankan Negara Kesatuan Republik Indonesia seperti yang tercantum dalam papan nama museum.

Museum yang berupa rumah dengan arsitektur Belanda itu berukuran 5 meter x 15 meter. Ruangan di dalam museum terbagi menjadi dua sekat. Satu ruang yang paling kecil sebelumnya berfungsi untuk toilet. Sisanya dipakai untuk memajang benda-benda kuno, seperti foto-foto Soekarno dan uang kertas di era awal kemerdekaan RI. Foto dan uang kertas terpajang rapi pada semua bagian dinding museum.

Di ruang beranda atau ruang tamu, ada kotak kaca berukuran 1 meter x 1 meter. Kotak itu berisi tujuh buku dan satu radio transistor model kuno. Buku-buku yang dipajang mengisahkan tentang sosok Soekarno dan salah satunya adalah buku karya Soekarno yang terkenal, Di Bawah Bendera Revolusi, jilid pertama cetakan kedua.

Saat Kompas berkunjung ke museum itu akhir pekan lalu, kebersihan dan kerapian di dalam museum amat terjaga. Lantai keramik warna putih tampak mengilap pertanda senantiasa disapu atau dipel. Langit-langit rumah cukup tinggi, yakni sekitar 5 meter, membuat udara di dalam ruangan menjadi lega atau tidak pengap.

”Saya menjaga dan membersihkan ruangan ini setiap hari. Tapi, tidak terlalu banyak tamu yang berkunjung ke sini,” ujar Mamin Adam (31), penjaga museum tersebut.

Dari buku catatan tamu, hanya sekitar 600 orang saja yang berkunjung ke museum sepanjang 2010. Lalu, jumlah itu meningkat menjadi sekitar 1.000 orang pada 2011. Menurut Mamin, meningkatnya jumlah tamu karena pada Oktober 2011 ada hajatan peringatan Hari Pangan Sedunia yang diperingati di Indonesia dan dihadiri perwakilan dari 33 provinsi di Indonesia.

”Banyak perwakilan dari berbagai provinsi yang turut memperingati Hari Pangan Sedunia di Gorontalo saat itu singgah ke museum ini. Kalau dari warga Gorontalo sendiri, justru jarang yang berkunjung,” tutur Mamin.

Dana 90 M tidak Cukup Selamatkan Danau Limboto

Sumber: http://gorontalo.tribunnews.com/ 30 Januari 2012 

Laporan : Fransiska Noel
GORONTALO,TRIBUNGORONTALO.COM- Anggaran sebesar kurang lebih 90 Milyar rupiah yang dikucurkan pemerintah pusat untuk menyelamatkan danau Limboto dari pendangkalan dinilai LSM Payulimo Fundation Gorontalo tidak cukup.

Kepada Tribun belum lama ini, presdisen LSM PFG Helmin Hipi, menegaskan seharusnya jika pemerintah benar-benar serius ingin danau Limboto terbebas dari pendangkalan sekaligus memperbaiki lingkungan yang ada di sekitar danau maka seharusnya dana bisa diperjuangkan sampai angka 1 hingga 2 triliun rupiah.

“Yang terjadi selama ini dana yang diberikan mubazir saja dan tidak jelas kemana peruntukannnya dan tidak terlihat hasilnya,” ujar Helmin.

Menurut Helmin tidak cukup jika dana yang diterima oleh balai wilayah sungai Sulawesi II Gorontalo sebagai pihak yang bertanggung jawab terhadap pelestarian dana Limboto hanya digunakan untuk pengadaan armada kapal pengeruk lumpur saja.

“Yang terjadi selama ini pemerintah hanya bekerja mengatasi pendangkalan danau dengan melakukan pengerukan lumpur. Usai dikeruk, lumpur menumpuk lagi, dan begitu seterusnya,” jelas Helmin.

Dengan fakta bahwa terdapat sekitar 20 sungai yang bermuara di dana Limboto dinilai Helmin menjadi salah satu penyebab utama makin cepat terjadinya pendangkalan danau.

“Seharusnya yang dilakukan pemerintah adalah mengatasi sedimentasi lumpur dari hulu dan hilir sungai yang bermuara di danau. Itu butuh dana yang besar tetapi efektif untuk selamatkan danau,” terang Helmin.

Menurut Helmin dibutuhkan perencanaan bertahap dan profesional jika pemeriantah termasuk masyarakat sekitar dana serius ingin melakukan revitalisasi dana Limboto.

“Butuh kerjasama yang baik semua pihak, untuk atasi penyebaran eceng gondok, sedimentasi, termasuk masalah penggundulan hutan di hulu sungai yang ikut berperan mendangkalkan dana,” ujar Helmin.

Jika tidak segera diatasi dengan bertahap dan profesional, Helmin khawatir dalam waktu tidak terlalu lama warga Gorontalo akan kehilangan danau yang menjadi maskot dan kebanggaan daerah. “Karena dari waktu ke waktu kedalaman dana makin berkaurang dan luas danau makin mengecil. Saya berharap pemeriantah dan masayarakat peduli dengan kondisi ini,” ujar Helmin. (*/tribungorontalo.com)

Penulis : taufiq; Editor : taufiq

Februari 2012

Pemprov Akan Bersihkan Danau Limboto

Sumber:  http://www.antaragorontalo.com/ 06 February 2012 

Gorontalo, (ANTARAGORONTALO) – Pemerinta Provinsi Gorontalo akan membersihkan enceng gondok yang ada di Danau Limboto, sebagai salah satu agenda merayakan Hari Ulang Tahun (HUT) daerah tersebut.

Wakil Gubernur Gorontalo Idris Rahim mengatakan kegiatan tersebut dilakukan untuk menyelamatkan danau yang kini dalam keadaan kritis itu.

“Danau Limboto menjadi salah satu prioritas pemerintah saat ini, karena seharusnya danau ini memiliki fungsi yang lebih besar namun sekarang sudah kritis,” ujarnya, Minggu.

Penyusutan luas dan pendangkalan danau terjadi karena serangan enceng gondok serta penggunaan kawasan danau untuk pemukiman.

Kegiatan pembersihan enceng gondok tersebut, kata Idris, akan melibatkan sejumlah elemen terkait serta masyarakat di sekitar Danau Limboto.

Meski hanya bersifat sementara, pembersihan gulma air itu diharapkan bisa memulihkan kondisi danau yang menjadi mata pencaharian warga selama ini. “Kami akan menempuh langkah selanjutnya yang lebih tepat untuk menyelamatkan danau ini,” jelasnya.

Sebelumnya, wagub mengatakan bahwa perayaan HUT Provinsi Gorontalo ke-11 pada 16 Februari 2012 mendatang, tidak perlu menghamburkan uang.

Kegiatan yang akan dilakukan adalah yang tepat sasaran dan bermanfaat secara luas bagi masyarakat, diantaranya yakni membersihkan danau.(Debby Mano)

ANTARA News
COPYRIGHT © 2011

Tangkapan Ikan Danau Limboto Berkurang

Sumber: http://www.antaragorontalo.com/ 14 February 2012 

Gorontalo, (ANTARAGORONTALO) – Hasil tangkapan ikan nelayan di Danau Limboto, Provinsi Gorontalo, terus berkurang menyusul mulai keruhnya air danau tersebut pada musim penghujan.

Salah satu nelayan dari Desa Tabumela, Kecamatan Tilango, Kabupaten Gorontalo, Muhammad (49), mengatakan, minimnya hasil tangkapan ikan itu, mulai dirasakan sejak beberapa bulan terakhir.

“Sejak musim hujan melanda daerah itu, air danau mulai keruh dan dipenuhi eceng gondok, banyak ikan seperti nila dan mujair yang mati karena kondisi tersebut,” kata dia.

Sementara Rikman Wantu (36), salah seorang nelayan di desa Bulila, Hutada’a, Kabupaten Gorontalo, mengakui minimnya produksi tangkapan ikan itu.

“Hasil tangkapan menurun drastis, tak jarang yang kami peroleh kurang dari satu kilogram,” kata dia.

Sebelumnya, Badan Lingkungan Hidup, Riset, Teknologi dan Informasi (Balihristi) Provinsi Gorontalo, menyatakan tingkat sedimentasi danau Limboto kian tinggi.

“Salah satunya disebabkan oleh pertumbuhan eceng gondok, yang telah menutupi 30 persen permukaan danau,” kata Rugaiya Biki, Kepala bidang Lingkungan Balihristi setempat.

Pemerintah telah menganggarkan dana sebesar Rp93 miliar untuk rehabilitasi Danau Limboto pada tahun 2012.

Syamsul Huda
COPYRIGHT © 2011

Gerakan Bersih Pesisir Danau Limboto Dicanangkan

Sumber: http://infopublik.org/mc/gorontalo/ 16 Februari 2012 

Hal ini disampaikan Wakil Gubernur Gorontalo Dr.Drs.Idris Rahim, MM saat mencanangkan gerakan bersih pesisir danau limboto sebagai salah satu rangkaian kegiatan dalam peringatan HUT Provinsi Gorontalo ke – 11 di Kel. Dembe I Kota Gorontalo, Rabu (15/1).

Wagub Idris Rahim dalam sambutannya menyampaikan, salah satu penyebab dari pendangkalan danau limboto adalah pertumbuhan tanaman eceng gondok yang tidak terkendali. Sehingga kemungkinan keberadaan danau limboto akan lenyap 15 tahun lagi karena pendangkalan yang terjadi terus-menerus setiap tahun. “Kini, kedalaman danau hanya 3 meter saja atau menurun dari 14 meter pada tahun 1932. Luas danau juga berkurang drastis dari 7.000 hektare pada tahun 1932 menjadi 3.000 hektare saja pada tahun ini,” ungkap Wagub Idris Rahim.

Untuk itu Wagub Idris Rahim menekankan, diperlukan upaya yang serius untuk mengatasi hal tersebut, karena danau limboto bukan hanya sebagai salah satu keajaiban alam tetapi terdapat makna historis bagi masyarakat gorontalo. “Yaitu perjanjian damai dan diakhirinya perang antara kerajaan gorontalo dan kerajaan limboto di tengah danau limboto,” tutur Wagub Idris Rahim.

Tanaman enceng gondok yang merupakan masalah utama di hampir semua danau di Indonesia, juga turut menyumbang parahnya pedangkalan danau yang menjadi sumber mata air utama. Sebagai salah satu upaya alami untuk menanggulangi penyebaran eceng gondok di Danau Limboto, Pemprov Gorontalo Gorontalo bersama dengan masyarakat pesisir danau telah menebarkan bibit ikan koan sebagai salah satu predator alami dari tanaman eceng gondok tersebut. Bibit ikan koan tersebut oleh Gubernur Gorontalo Drs. H. Rusli Habibie, M.Ap pada kesempatan tersebut diserahkan secara langsung kepada masyarakat nelayan yang bermukim di sekitar danau limboto.

Budidaya Ikan Koan Berantas Enceng Gondok

Sumber: http://www.antaragorontalo.com/ 16 February 2012 

Gorontalo, (ANTARAGORONTALO) – Sejumlah nelayan di pesisir Danau Limboto mulai membudidayakan ikan koan, untuk memberantas enceng gondok di danau tersebut.

Ikan koan yang disalurkan oleh pemerintah Provinsi Gorontalo itu akan ditebar dalam keramba ikan milik nelayan, serta diberi makan enceng gondok.

“Dengan cara ini kami optimis enceng gondok di Danau Limboto akan berkurang, karena beberapa tahun belakangan tangkapan ikan menurun drastis,” kata Yasin Yusuf, salah seorang nelayan.

sebelumnya, pemprov telah menebar ribuan ekor ikan pemakan enceng gondok tersebut di Danau Limboto, dengan tujuan untuk mengurangi serangan gulma.

Namun, cara itu dinilai kurang berhasil karena ikan koan justru sering tertangkap jaring milik nelayan, sehingga populasinya berkurang.

“Jika ikan koan dipelihara nelayan, akan terukur berapa banyak enceng gondok yang berkurang di danau,” kata Wakil Gubernur Gorontalo, Idris Rahim saat kegiatan bersih Danau Limboto, Rabu.

Untuk itu, kata dia, pemprov memberi bantuan berupa bibit ikan koan kepada seluruh kelompok nelayan untuk dibudidayakan.

Ia menjelaskan, pada tahun 1932 luas Danau Limboto masih mencapai 7.500 hektare dengan kedalaman 30 meter. Namun, saat ini luasnya hanya sekitar dua ribu hektare dan kedalaman tinggal satu hingga dua meter saja.

Penyebabnya yakni serangan enceng gondok, sedimentasi serta penggunaan kawasan danau untuk pemukiman. (Debby Mano)

ANTARA News
COPYRIGHT © 2011

KOMISI VII DPR DUKUNG PENYELAMATAN KEBERADAAN DANAU

Sumber: http://www.pu.go.id/  22 Februari 2012  

Komisi VII DPR RI mengundang beberapa Direktur Jenderal dari berbagai instasi yang terkait dengan penanganan masalah danau-danau. Wakil rakyat ini juga sangat memprihatinkan banyaknya danau-danau di tanah air yang kini fungsi dan manfaatnya sangat kurang optimal akibat adanya sedimentasi yang parah. Menyikapi masalah ini wakil rakyat itu meminta kepada instansi yang terkait agar keberadaan danau-danau khusus 15 danau prioritas dapat direhabilitasi guna memaksimalkan fungsi dari infrastruktur ini.

“Terus terang kami tidak ada urusan dengan proyek yang ada di dalamnya. Kami juga tidak mempersalahkan adanya instansi yang enggan mengucurkan anggarannya untuk perbaikan keberadaan danau yang semakin lama minim perhatian pemerintah,” tegas Ismayatun (F-PDIP) anggota Komisi VII kemarin (21/2) disela-sela rapat dengar pendapat di Jakarta.

Menyikapi pertemuan Konferensi PBB di Bali mengenai perubahan iklim tahun 2009 lalu, pemerintah berupaya kembali menggalakkan reboisasi. Harus dipahami, diluar tuntutan permintaan Negara maju yang menginginkan kelestarian hutan dipertahankan, disisi lain Indonesia juga sangat berkepentingan dalam permasalahan ini. Hilangnya atau kerusakan lebih dari ratusan ribu hektar hutan, mengancam bencana seperti longsor dan kekeringan yang semakin parah.

Kerusakan lingkungan kenyataannya bukan hanya dikarenakan oleh rusaknya hutan melainkan juga hilangnya lahan-lahan resepan air seperti danau, situ-situ, waduk yang kini telah berubah menjadi permukiman.Bahkan ada catment area yang berubah menjadi lahan kelapa sawit. Karuan Komisi VII DPR RI merasa prihatin dan mengingatkan pemerintah untuk segera mengatasi masalah yang dinilai semakin kronis.

Menurut Sekretaris Ditjen Sumber Daya Air Kementerian Pekerjaan Umum, Sugiyanto kegiatan pemulihan daerah sempadan di 15 danau prioritas telah dilakukan sesuai dengan tingkat kerusakan yang ada. Masalahnya hasilnya memang tidak terlihat dalam waktu singkat. Pasalnya, dalam menata ulang daerah sempadan danau banyak jenis pekerjaan yang juga diperhatikan misalnya perkuatan tebing batas tepi danau berikut prasarana drainase di dalamnya.

Khusus upaya pengendallian sedimentasi yang kini hampir melanda seluruh (15 danau prioritas) Sugiyanto menyatakan penanganannya dapat melalui metode konservasi non structural dan metode konservasi structural. Dalam pelaksanaan keterlibatan rencana Tata Ruang jelas terlibat. Rencana Tata ruang khusus kawasan danau akan diatur melalui PP.

“Saat ini sedang disusun Rencana PP mengenai Kawasan Strategis Nasional yang mengatur tentang Rencana Tata Ruang masing-masing kawasan danau oleh Ditjen Penataan Ruang,” tegasnya.

Danau Limboto misalnya dulu memiliki kedalaman 15 meter. Tapi saat ini ke dalamannya tinggal 2 meter saja. Sebagian besar permukaan danau tertutup oleh tumbuhan eceng gondok. Lebih memprihatinkan lagi, yakni sebagian pinggir Danau yang yang dimanfaatkan menjadi cocok tanam sayuran oleh penggarap, tambahnya. Adapun ke -15 Danau yang mendapatkan prioritas yaitu Kerinci, Sentarum, Tondano, Limboto, Poso, Tempe. Selain itu Danau Rawa pening, Toba, Maninjau, SingkarakKerinci, Rawa Danau, Batur, Tempe dan Danau Matano. (Sony/ind)

Pusat Komunikasi Publik
220212

One Comment on “Berita 2012”


  1. Please consider to harvest water hyacinth by Berky Weed Harvester Type 6520 and Type 6550


Leave a comment