3 Metode Penelitian

MODEL PENGENDALIAN PENCEMARAN PERAIRAN DI DANAU MANINJAU SUMATERA BARAT

MARGANOF

SEKOLAH PASCASARJANA, INSTITUT PERTANIAN BOGOR, BOGOR, 2007

III. METODE PENELITIAN

3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian

Lokasi penelitian dilakukan di perairan Danau Maninjau, Kecamatan  Tanjung Raya Kabupaten Agam Sumatera Barat. Lokasi penelitian berjarak ± 140  km dari Kota Padang. Secara geografis Danau Maninjau terletak antara 00 17’ –  07.04’’ lintang selatan dan 1000 – 09’58.0” bujur timur. Danau Maninjau  merupakan danau kaldera yang terbentuk dari aktivitas gunung berapi, terletak  pada ketinggian muka air danau sekitar 264,5 m di atas permukaan laut (dpl) yang  mempunyai luas permukaan air sekitar 9.737, 50 ha, dengan volume air sebesar  10.226.001.629,2 m3. Penelitian ini dilakukan selama 7 (tujuh) bulan, dimulai  dari bulan Januari sampai dengan Juli 2006. Beberapa pengambilan data juga dilakukan di luar jadwal tersebut.

3.2. Bahan dan Alat

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah sampel air, tiosulfat,  KI, H2SO4 pekat, MnSO4, K2Cr2O7, FeSO4, indikator ferroin, pereaksi Nessler,  larutan standar ammonia, brusin, larutan NaCl, larutan standar nitrat, larutan  sulfanilamid, larutan N-(1-naftil)-etilendiamin dihidroklorida, larutan standar  nitrit, amonium molibdat, stano klorida, larutan baku fosfat, Na2CO2 dan  indikator fenolptalein. Sedangkan alat-alat yang digunakan meliputi: pH meter,  thermometer, secchi disk, kemmerer water sampler dan water quality checker, kuesioner, program powersim versi 2,5c dan program prospektif.

3.3. Jenis dan Sumber Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari data primer dan data  sekunder. Data primer yang berupa pengukuran kondisi fisik, kimia dan biologi  perairan danau diperoleh di lapangan dan sebagian dari hasil analisis di  laboratorium. Data persepsi masyarakat di sekitar perairan Danau Maninjau  diperoleh dengan cara pengisian kuesioner oleh responden penduduk. Data primer  tentang prospek pengendalian pencemaran dimasa depan diperoleh dari hasil  kuesioner dari seluruh pelaku dan para pakar. Data sekunder diperoleh dari  berbagai sumber seperti hasil penelitian terdahulu, hasil studi pustaka, laporan serta dokumen dari berbagai instansi yang berhubungan dengan topik yang dikaji.

3.4. Pelaksanaan Penelitian

A. Pengambilan Sampel Kualitas Air

Tujuan dari pengambilan data ini adalah untuk mendapatkan gambaran  tentang sifat fisika, kimia dan mikrobiologi perairan danau. Penentuan lokasi  pengambilan sampel parameter fisika, kimia dan mikrobiologi perairan danau  ditetapkan secara purporsive (sengaja). Pengambilan sampel air lebih diarahkan  pada pusat-pusat kegiatan penduduk sebagai sumber aliran limbah yang masuk ke  perairan danau seperti permukiman, pertanian dan hotel (pariwisata) serta lokasi  kegiatan keramba jaring apung. Penentuan titik-titik pengambilan contoh air di  sungai dengan pertimbangan bahwa lokasi pengambilan sampel air diduga sebagai  aliran limbah cair dari berbagai kegiatan aktivitas penduduk yang mengalir ke perairan danau.

Selanjutnya ditentukan titik (stasiun) pengambilan contoh air, yaitu satu di  muara sungai dan satu lagi di perairan danau dengan jarak 100 meter dari muara  sungai. Pengambilan contoh air di danau dilakukan sebanyak 7 (tujuh) kali  dengan interval waktu sebulan. Pengambilan contoh air dilakukan pada  kedalaman 0 m (permukaan), 2 m dan 10 m dan dilakukan secara komposit. Lokasi penelitian dan pengambilan sampel contoh air ditunjukkan pada Gambar 4.

Lokasi pengambilan contoh air dapat digambarkan sebagai berikut:

  1. Muara Batang Limau Sundai, terletak di Nagari Maninjau. Kawasan daerah ini merupakan daerah permukiman, perhotelan, pasar dan kegiatan home stay.
  2. Muara Batang Maransi, terletak di Nagari Bayur. Kawasan ini merupakan daerah pertanian lahan basah, peternakan, perhotelan, permukiman dan pasar.
  3. Muara Bandar Ligin, terletak di Nagari Sungai Batang. Kawasan ini merupakan daerah pertanian, peternakan, permukiman dan pasar.
  4. Muara Sungai Jembatan Ampang, terletak di Nagari II Koto. Kawasan ini merupakan daerah lahan pertanian dan permukiman.
  5. Muara Sungai Kalarian, terletak di Nagari Koto Kaciak. Kawasan ini merupakan daerah lahan pertanian, permukiman, pasar dan peternakan.
  6. Muara Sungai Tembok Asam, terletak di Nagari III Koto. Kawasan ini  merupakan daerah pertanian lahan basah dan perkebunan, permukiman dan peternakan.

Parameter fisika, kimia dan biologi perairan yang diukur terutama  didasarkan pada parameter kualitas air kelas 1 yaitu air yang peruntukannya dapat  digunakan untuk air baku air minum, dan atau peruntukan lain yang mensyaratkan  mutu air yang sama dengan kegunaan tersebut sesuai dengan Peraturan  Pemerintah Republik Indonesia No. 82 tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas  Air dan Pengendalian Pencemaran Air (Lampiran 1). Parameter fisika, kimia dan  mikrobiologi perairan danau yang diukur, metode serta peralatan yang digunakan,  mengikuti pedoman standar methods for examination of water and waste water (APHA, 1995), seperti yang ditunjukkan pada Tabel 8.

B. Sumber dan Beban Pencemaran Perairan Danau

Pengumpulan data untuk mengidentifikasi sumber-sumber limbah yang  masuk ke perairan danau dilakukan melalui wawancara dan dari data sekunder.  Data beban limbah yang masuk ke perairan danau melalui sungai diperoleh  melalui pengukuran konsentrasi parameter beban limbah pada setiap stasiun atau  sungai yang mengalir ke danau, sedangkan pengumpulan data beban limbah dari  KJA, peternakan dan hotel diperoleh melalui wawancara dan data sekunder.  Disamping itu, data untuk menentukan kapasitas asimilasi terhadap beban limbah  di perairan danau diperoleh melalui pengukuran parameter pencemaran pada jarak 100 meter dari muara sungai ke arah danau.

C. Persepsi Masyarakat

Pengumpulan data untuk mengetahui persepsi masyarakat tentang  pengendalian pencemaran (pencegahan, penanggulangan dan partisipasi pada  pencegahan dan pananggulangan) perairan danau menggunakan kuesioner  terstruktur yang disebarkan pada responden. Penentuan responden dilakukan  dengan metode multiple stage random sampling (Nazir, 1999) pada tiga jorong  (kampung) terpilih dari tujuh nagari yang ada di sekitar Danau Maninjau. Jumlah  responden yang diambil adalah 150 kk yang terdiri dari 50 kk setiap jorong terpilih.

D. Membangun Model Pengendalian Pencemaran Perairan

Data yang diperlukan untuk membangun model pengendalian pencemaran  di perairan danau adalah merupakan beban pencemaran yang berasal dari luar  danau dan dari dalam danau (KJA). Pengumpulan data tentang sumber-sumber  pencemaran yang masuk ke perairan danau dilakukan melalui wawancara dan data  sekunder. Data beban pencemaran yang berasal dari luar danau diperoleh melalui  pengukuran debit sungai dan konsentrasi parameter beban limbah di muara sungai  pada setiap stasiun penelitian. Data beban pencemaran yang berasal dari kegiatan  di danau (KJA) diperoleh melalui penghitungan jumlah pakan yang diberikan dan  jumlah pakan yang tidak dikomsumsi oleh ikan. Pada Tabel 9 disajikan secara  rinci sumber-sumber pencemar yang masuk ke perairan danau. Adapun jenis dan sumber data serta cara memperolehnya dalam penelitian ini terangkum dalam Tabel 10.

 

3.5. Analisis Data

3.5.1. Analisis Fisika, kimia dan mikrobiologi Perairan Danau

Analisis parameter fisika, kimia dan mikrobiologi perairan danau  dilakukan berdasarkan standard methods 1995 dan memperbandingkan dengan PP  Nomor 82 tahun 2001 tentang baku mutu air kelas 1 (KLH, 2004). Analisis  dilaksanakan di Laboratorium Kimia Lingkungan FMIPA Universitas Andalas  dan Balai Laboratorium Kesehatan Propinsi Sumatera Barat Padang. Selanjutnya  analisis indeks mutu lingkungan perairan (IMLP) berdasarkan metode National  Sanitation Foundation Water Quality Indeks (NSF-WQI) (Ott, 1978 dan Mahbud, 1990), dengan persamaan:

3.5.2. Analisis Beban Pencemar

1. Analisis beban pencemaran yang berasal dari luar danau (darat) dilakukan  dengan perhitungan secara langsung di muara-muara sungai yang menuju  Danau Maninjau. Cara penghitungan beban pencemaran ini didasarkan  atas pengukuran debit sungai dan konsentrasi limbah di muara sungai berdasarkan persamaan (Mitsch & Goesselink, 1993):

2. Untuk estimasi besarnya beban pencemaran yang berasal dari aktivitas  penduduk di sekitar perairan danau dilakukan berdasarkan pendekatan  Rapid Assesment (Kositranata et al., 1989; WHO, 1993) dengan persamaan:

 

3. Untuk menghitung besarnya beban limbah yang berasal dari kegiatan KJA  dilakukan dengan metode pendugaan total bahan organik (Iwana, 1991 dalam Barg, 1992) dengan persamaan :

4. Untuk menghitung kapasitas asimilasi perairan danau terhadap beban  pencemaran dilakukan dengan menggunakan metode hubungan antara  konsentrasi parameter limbah di perairan danau dengan total beban limbah  tersebut di muara sungai. Nilai kapasitas asimilasi didapatkan dengan cara  membuat grafik hubungan anatara nilai konsentrasi masing-masing  parameter limbah di perairan danau dengan parameter limbah tersebut di  muara sungai. Selanjutnya dianalisis dengan memotongkan dengan garis nilai baku mutu air kelas 1 seperti diperlihatkan pada (Gambar 5).

Gambar 5. Hubungan antara beban pencemaran dan konsentrasi pencemar.

3.5.3. Validasi Model

Validasi merupakan usaha untuk menyimpulkan model apakah model  sistem yang dibangun merupakan perwakilan yang sah dari realitas yang dikaji,  yang dapat menghasilkan kesimpulan yang menyakinkan (Eriyatno, 1999).  Validasi yang dilakukan adalah terhadap struktur model dan keluaran model  (output model). Validasi struktur dilakukan melalui studi pustaka, sedangkan  validasi output dilakukan dengan membandingkan dengan data empirik. Untuk  memverifikasi penyimpangan keluaran model dengan data empirik dilakukan  dengan uji KF (Kalman Filter). Tingkat kecocokan hasil simulasi model dengan nilai aktual adalah 47,25-52,3% dengan menggunakan perasamaan:

3.5.4. Analisis Persepsi Masyarakat

Data karateristik masyarakat di sekitar perairan danau dianalisis dengan  menggunakan distribusi frekuensi. Untuk mengetahui persepsi atau pandangan  masyarakat di sekitar perairan danau terhadap pengendalian pencemaran dilakukan melalui analisis deskriptif menggunakan tabel.

3.5.5. Pendekatan Sistem dalam Pengendalian Pencemaran Perairan Danau

Pendekatan sistem merupakan suatu metodologi pemecahan masalah yang dimulai dengan mengidentifikasi serangkaian kebutuhan sehingga dapat  menghasilkan suatu operasi dari sistem yang dianggap efektif. Pendekatan sistem  ini dilakukan untuk menunjukkan kinerja intelektual berdasarkan perspektif,  pedoman, model, metodologi dan sebagainya yang diformulasikan untuk  perbaikan secara terorganisir dari tingkah laku dan perbuatan manusia (Winardi,  1989; Zhu, 1998). Oleh karena itu, menurut Eriyatno (2007) pada pendekatan  kesisteman dalam penyelesaian suatu permasalahan selalu ditandai dengan: (1)  pengkajian terhadap semua faktor penting yang berpengaruh dalam rangka  mendapatkan solusi untuk pencapaian tujuan, dan (2) adanya model-model untuk  membantu pengambilan keputusan lintas disiplin, sehingga permasalahan yang kompleks dapat diselesaikan secara komprehensif.

a. Analisis Kebutuhan

Analisis kebutuhan pada dasarnya merupakan tahap awal pengkajian  dalam pendekatan sistem, dan sangat menentukan kelaikan sistem yang dibangun.  Analisis kebutuhan juga merupakan kajian terhadap faktor-faktor yang berkaitan  dengan sistem yang dianalisis (Pramudya, 1989). Oleh karena itu, dalam  penelitian ini analisis kebtutuhan diarahkan pada pihak-pihak yang mempunyai  kepentingan dan keterkaitan baik secara langsung maupun tidak langsung  terhadap pengendalian pencemaran perairan danau. Dalam pengendalian  pencemaran perairan danau, pihak yang mempunyai kepentingan dan terkait  secara langsung adalah (1) masyarakat lokal yaitu masyarakat yang tinggal di  sekitar danau yang memanfaatkan perairan danau untuk berbagai kepentingan, (2)  dinas instansi terkait yaitu semua dinas instansi pemerintah daerah yang  mempunyai hubungan keterkaitan dengan perairan danau baik langsung mapun  tidak, (3) akademisi (peneliti) yaitu orang yang melakukan penelitian pada  perairan danau, (4) Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) yaitu lembaga yang  dibentuk masyarakat setempat yang mempunyai kepedulian terhadap kelestarian  perairan danau, dan (5) badan usaha milik negara yaitu perusahaan yang melakukan kegiatan usaha di perairan danau.

Dalam analisis kebutuhan dilakukan inventarisasi kebutuhan setiap pelaku  yang terlibat dalam sistem. Inventarisasi ini dilakukan dengan wawancara secara  terbatas. Berdasarkan hasil wawancara dihasilkan analisis kebutuhan pelaku seperti disajikan pada Tabel 13.

b. Formulasi Permasalahan Sistem

Permasalahan sistem pada dasarnya adalah terdapatnya gap antara  kebutuhan pelaku dengan kondisi yang ada (reel). Pada kondisi nyata di lapangan,  permasalahan sistem ditunjukan oleh adanya isu yang berkembang sehubungan  dengan terjadinya pencemaran di perairan danau. Formulasi sistem di sini adalah  merupakan aktivitas merumuskan permasalahan dalam pengendalian pencemaran  di perairan danau yang berkaitan dengan adanya perbedaan antara kebutuhan pelaku dengan kondisi yang ada.

Berdasarkan pada analisis kebutuhan para pelaku yang terlibat dalam  pemanfaatan perairan danau dan kondisi yang dijumpai di perairan danau saat ini,  maka permasalahan pengendalian pencemaran di perairan danau dapat diformulasikan sebagai berikut:

  1. Tidak diperhatikannya limbah dari aktivitas KJA yang ditunjukan dengan  tidak adanya pemahaman mengenai dampak dari limbah KJA terhadap kualitas air.
  2. Tidak tersedianya sistem pengolahan limbah penduduk, menyebabkan  buangan limbah dari permukiman akan langsung mengalir ke perairan danau, sehingga kualitas perairan danau menjadi turun.
  3. Tidak diperhatikannya pemanfaatan tata guna lahan di kawasan sempadan  danau yaitu banyaknya pengembangan permukiman, hotel, restoran, dan  home stay serta pembukaan lahan pertanian yang tercermin dari tingginya padatan tersuspensi di perairan danau.
  4. Tidak diperhatikannya persepsi masyarakat di sekitar perairan danau dalam upaya pengendalian pencemaran yang terjadi di perairan danau.
  5. Tidak adanya zonasi (penataan ruang) kawasan danau yang tercermin dari  penyebaran atau letak keramba jaring apung yang tersebar hampir di seluruh tepian atau keliling perairan danau.

c. Identifikasi Sistem

Identifikasi sistem merupakan suatu rantai hubungan antara pernyataan  dari kebutuhan dengan pernyataan khusus dari masalah yang harus dipecahkan  untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan tersebut (Eriyatno, 2003). Hal ini sering  digambarkan dalam bentuk diagram lingkar sebab-akibat (cousal loop diagram) .  Diagram tersebut merupakan pengungkapan interaksi antara komponen di dalam  sistem yang saling berinteraksi dan mempengaruhi dalam kinerja sistem, seperti  disajikan pada Gambar 6. Disamping itu, hubungan antara input (masukan) dan  output (keluaran) dalam suatu sistem digambarkan dalam sebuah diagram inputoutput  (masukan-keluaran) seperti disajikan pada Gambar 7. Diagram lingkar  sebab-akibat merupakan gambaran dari struktur model pengendalian pencemaran di perairan danau yang dibuat berdasarkan diagram input-output.

Gambar 6. Diagram lingkar sebab-akibat (cousal-loop diagram) sistem pengendalian pencemaran perairan danau.

Menurut Manetsch dan Park (1977), secara garis besarnya variabel yang  mempengaruhi kinerja sistem ada 6 variabel yakni: (1) variabel output yang  dikehendaki; ditentukan berdasarkan hasil analisis kebutuhan, (2) variabel input  terkontrol, variabel yang dapat dikelola untuk menghasilkan perilaku sistem  sesuai dengan yang diharapkan, (3) variabel output yang tidak dikehendaki;  merupakan hasil sampingan atau dampak yang ditimbulkan bersama-sama dengan  output yang diharapkan, (4) variabel input tak terkontrol, (5) variabel input  lingkungan; variabel yang berasal dari luar sistem yang mempengaruhi sistem  tetapi tidak dipengaruhi oleh sistem, dan (6) variabel kontrol sistem; merupakan  pengendali terhadap pengoperasian sistem dalam menghasilkan output yang  dikehendaki. Variabel-variabel yang mempengaruhi kinerja sistem disajikan pada Gambar 7.

Gambar 7. Diagram masukan-keluaran (input-output diagram) sistem pengendalian pencemaran perairan danau.

3.6. Model Pengendalian Pencemaran

Model pengendalian pencemaran perairan di Danau Maninjau yang  dibangun didasarkan pada kondisi faktual yang terjadi di lapangan yang  dikombinasikan dengan studi literatur. Perangkat lunak yang digunakan sebagai  alat bantu dalam pemodelan sistem ini adalah Powersim version 2,5 c. Konsep  dasar dalam membangun model pengendalian pencemaran perairan danau  bersumber dari beban pencemaran yaang berasal dari luar danau dan dari dalam  danau. Model dinamik yang dibangun melibatkan lima sub-model, yaitu: 1) sub- model limbah penduduk yang berdomisili di sekitar perairan danau, 2) sub-model limbah hotel (pariwisata), 3) sub-model limbah peternakan, 4) sub-model limbah pertanian, dan 5) sub-model limbah budidaya perikanan (KJA).

3.7. Asumsi yang Digunakan

Pembangunan model yang akan dirumuskan menggunakan beberapa  batasan, guna untuk menyederhanakan dan memahami pengertian hubunganhubungan antar peubah dalam model yang akan membatasi keberhasilan model.

Beberapa batasan yang dijadikan sebagai asumsi dalam model ini adalah :

(a). Laju pertambahan limbah dari permukiman yang ada di sekitar perairan  danau mengikuti pola pertumbuhan penduduk yang berdomisili di lokasi tersebut.

(b). Nilai parameter hasil pengamatan di perairan danau dan sungai merupakan pencerminan dari dinamika yang ada di perairan tersebut.

(c). Parameter limbah yang diacu adalah ortofosfat sebagai P dengan nilai baku mutu sebesar 0,2 mg/l.

(d). Konstruksi dan tipe KJA di daerah penelitian dianggap homogen untuk semua unit KJA yang tersebar di seluruh perairan danau.

3.8. Analisis Pengembangan Skenario Pengendalian Pencemaran Perairan

Pengembangan skenario pengendalian pencemaran perairan danau  dilakukan dengan menggunakan analisis prospektif. Analisis prospektif  merupakan suatu analisis yang digunakan untuk mengeksplorasi kemungkinan  yang akan terjadi di masa yang akan datang. Dari analisis ini akan didapatkan  informasi mengenai faktor kunci yang berperan dalam pengendalian pencemaran  di perairan danau sesuai dengan kebutuhan dari para pelaku yang terlibat dalam  sistem. Selanjutnya faktor kunci tersebut digunakan untuk mendeskripsikan  perubahan kemungkinan masa depan bagi pengendalian pencemaran perairan  danau. Penentuan faktor kunci ini sepenuhnya adalah merupakan pendapat dari  pihak yang berkompeten sebagai pelaku dan pakar mengenai pengendalian  pencemaran perairan. Penentuan faktor kunci menggunakan kuesioner dan  wawancara. Responden pakar yang digunakan dalam penelitian ini dapat dilihat  pada Lampiran 7. Tahapan-tahapan dalam melakukan analisis prospektif menurut Hardjomidjojo (2002) adalah sebagai berikut:

1. Menentukan tujuan studi
2. Identifikasi faktor-faktor penting
3. Analisis pengaruh antar faktor
4. Membuat suatu keadaan (state) suatu faktor
5. Membangun skenario yang mungkin terjadi
6. Implikasi dari skenario yang diinginkan

Untuk melihat pengaruh langsung hubungan timbal balik antar faktor  dalam sistem, dilakukan penilaian dengan skor antara 0–3. Kriteria pedoman  penilaian dapat dilihat pada Tabel 14. Untuk melihat pengaruh langsung antar  faktor dalam sistem yang dikaji dilakukan dengan cara matriks, seperti disajikan pada Tabel 15.

Pedoman pengisian pengaruh langsung antar faktor :

  1. Apakah faktor X berpengaruh terhadap Y ? Jika tidak berpengaruh bernilai 0
  2. Jika ada pengaruh, apakah pengaruhnya sangat kuat? jika ya bernilai 3, jika  pengaruhnya sedang bernilai 2 dan jika pengaruhnya kecil bernilai 1.  Jika nilai faktor yang diberikan oleh responden lebih dari 1 (misalnya sebanyak N), maka dilakukan analisis matriks gabungan dengan cara:
    a) Apabila pengaruh antar satu faktor dengan faktor lainnya mempunyai nilai  0 dengan jumlah > ½ N, maka nilai dari sel tersebut adalah 0. Jika nilai 1,2  dan 3 bersama-sama berjumlah >1/2 N, nilai sel tersebut ditentukan berdasarkan yang paling banyak dipilih antara 1,2 dan 3.
    b) Jika jumlah faktor adalah genap dan diperoleh dalam satu sel jumlah nilai  0 sama banyak dengan jumlah nilai 1,2 dan 3, maka dilakukan diskusi lebih lanjut dengan pakar untuk menentukan nilai sel tersebut.

Selanjutnya untuk menentukan tingkat kepentingan faktor-faktor kunci  (penting) yang berpengaruh pada sistem yang dikaji digunakan software analisis  prospektif. Hasil analisis ini akan didapatkan gambaran pada kuadran I adalah  terdiri dari faktor penentu (input factor), kuadran II terdiri dari faktor penghubung  (stakes factor), kuadran III terdiri dari faktor terikat (output factor), dan kuadran  IV terdiri dari faktor autonomous (unused factor) seperti disajikan pada Gambar 8.

Gambar 8. Tingkat pengaruh dan ketergantungan antar faktor dalam sistem

3.9. Definisi Operasional

  1. Pengendalian pencemaran adalah upaya pencegahan dan pananggulangan  pencemaran air serta pemulihan kualitas air untuk menjamin kualitas air agar sesuai dengan baku mutu air
  2. Umur adalah usia responden pada saat penelitian. Data yang diperoleh  merupakan skala ordinal dengan pengkategorian ke dalam umur muda (< 19 tahun), dewasa (19-55 tahun) dan tua atau tidak produktif (> 55 tahun).
  3. Pendidikan adalah tingkat pendidikan secara formal yang pernah diperoleh  responden. Indikatornya adalah status pendidikan formal yang pernah diikuti  responden. Parameter dan pengukurannya adalah tingkat pendidikan secara  formal yang pernah diikuti responden dengan kategori rendah (tidak tamat SD  atau lulus SD), sedang (lulus SLTP dan SMU) dan tinggi (lulus perguruan tinggi, D2, D3 dan S1).
  4. Pendapatan adalah jumlah penghasilan secara keseluruhan yang diperoleh  dalam satu bulan, kemudian diperhitungkan berdasarkan nilai tukar uang.  Pendapatan dikategorikan dalam skala ordinal, yaitu rendah (< Rp 500.000,-), sedang (Rp 500.000 – Rp 1.000.000,-) dan tinggi (> Rp 1.000.000,-)
  5. Persepsi masyarakat adalah pandangan responden tentang kegiatan  pengendalian pencemaran perairan danau. Cara untuk mengetahuinya adalah  melalui beberapa indikator pertanyaan yang menjelaskan pandangan  responden terhadap (a) kegiatan pencegahan pencemaran danau, (b) kegiatan penanggulangan pencemaran danau dan (c) kegiatan dalam berpartisipasi pada  pencegahan dan penanggulangan pencemaran danau. Tiap indikator dikembangkan menjadi beberapa pertanyaan yang dinilai responden dengan  menggunakan skala berjenjang dengan ketentuan; setuju bernilai 3, ragu-ragu bernilai 2 dan tidak setuju bernilai 1.

Leave a comment