3 Metode Penelitian
MODEL PENGENDALIAN PENCEMARAN PERAIRAN DI DANAU MANINJAU SUMATERA BARAT
MARGANOF
SEKOLAH PASCASARJANA, INSTITUT PERTANIAN BOGOR, BOGOR, 2007
III. METODE PENELITIAN
3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian
Lokasi penelitian dilakukan di perairan Danau Maninjau, Kecamatan Tanjung Raya Kabupaten Agam Sumatera Barat. Lokasi penelitian berjarak ± 140 km dari Kota Padang. Secara geografis Danau Maninjau terletak antara 00 17’ – 07.04’’ lintang selatan dan 1000 – 09’58.0” bujur timur. Danau Maninjau merupakan danau kaldera yang terbentuk dari aktivitas gunung berapi, terletak pada ketinggian muka air danau sekitar 264,5 m di atas permukaan laut (dpl) yang mempunyai luas permukaan air sekitar 9.737, 50 ha, dengan volume air sebesar 10.226.001.629,2 m3. Penelitian ini dilakukan selama 7 (tujuh) bulan, dimulai dari bulan Januari sampai dengan Juli 2006. Beberapa pengambilan data juga dilakukan di luar jadwal tersebut.
3.2. Bahan dan Alat
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah sampel air, tiosulfat, KI, H2SO4 pekat, MnSO4, K2Cr2O7, FeSO4, indikator ferroin, pereaksi Nessler, larutan standar ammonia, brusin, larutan NaCl, larutan standar nitrat, larutan sulfanilamid, larutan N-(1-naftil)-etilendiamin dihidroklorida, larutan standar nitrit, amonium molibdat, stano klorida, larutan baku fosfat, Na2CO2 dan indikator fenolptalein. Sedangkan alat-alat yang digunakan meliputi: pH meter, thermometer, secchi disk, kemmerer water sampler dan water quality checker, kuesioner, program powersim versi 2,5c dan program prospektif.
3.3. Jenis dan Sumber Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari data primer dan data sekunder. Data primer yang berupa pengukuran kondisi fisik, kimia dan biologi perairan danau diperoleh di lapangan dan sebagian dari hasil analisis di laboratorium. Data persepsi masyarakat di sekitar perairan Danau Maninjau diperoleh dengan cara pengisian kuesioner oleh responden penduduk. Data primer tentang prospek pengendalian pencemaran dimasa depan diperoleh dari hasil kuesioner dari seluruh pelaku dan para pakar. Data sekunder diperoleh dari berbagai sumber seperti hasil penelitian terdahulu, hasil studi pustaka, laporan serta dokumen dari berbagai instansi yang berhubungan dengan topik yang dikaji.
3.4. Pelaksanaan Penelitian
A. Pengambilan Sampel Kualitas Air
Tujuan dari pengambilan data ini adalah untuk mendapatkan gambaran tentang sifat fisika, kimia dan mikrobiologi perairan danau. Penentuan lokasi pengambilan sampel parameter fisika, kimia dan mikrobiologi perairan danau ditetapkan secara purporsive (sengaja). Pengambilan sampel air lebih diarahkan pada pusat-pusat kegiatan penduduk sebagai sumber aliran limbah yang masuk ke perairan danau seperti permukiman, pertanian dan hotel (pariwisata) serta lokasi kegiatan keramba jaring apung. Penentuan titik-titik pengambilan contoh air di sungai dengan pertimbangan bahwa lokasi pengambilan sampel air diduga sebagai aliran limbah cair dari berbagai kegiatan aktivitas penduduk yang mengalir ke perairan danau.
Selanjutnya ditentukan titik (stasiun) pengambilan contoh air, yaitu satu di muara sungai dan satu lagi di perairan danau dengan jarak 100 meter dari muara sungai. Pengambilan contoh air di danau dilakukan sebanyak 7 (tujuh) kali dengan interval waktu sebulan. Pengambilan contoh air dilakukan pada kedalaman 0 m (permukaan), 2 m dan 10 m dan dilakukan secara komposit. Lokasi penelitian dan pengambilan sampel contoh air ditunjukkan pada Gambar 4.
Lokasi pengambilan contoh air dapat digambarkan sebagai berikut:
- Muara Batang Limau Sundai, terletak di Nagari Maninjau. Kawasan daerah ini merupakan daerah permukiman, perhotelan, pasar dan kegiatan home stay.
- Muara Batang Maransi, terletak di Nagari Bayur. Kawasan ini merupakan daerah pertanian lahan basah, peternakan, perhotelan, permukiman dan pasar.
- Muara Bandar Ligin, terletak di Nagari Sungai Batang. Kawasan ini merupakan daerah pertanian, peternakan, permukiman dan pasar.
- Muara Sungai Jembatan Ampang, terletak di Nagari II Koto. Kawasan ini merupakan daerah lahan pertanian dan permukiman.
- Muara Sungai Kalarian, terletak di Nagari Koto Kaciak. Kawasan ini merupakan daerah lahan pertanian, permukiman, pasar dan peternakan.
- Muara Sungai Tembok Asam, terletak di Nagari III Koto. Kawasan ini merupakan daerah pertanian lahan basah dan perkebunan, permukiman dan peternakan.
Parameter fisika, kimia dan biologi perairan yang diukur terutama didasarkan pada parameter kualitas air kelas 1 yaitu air yang peruntukannya dapat digunakan untuk air baku air minum, dan atau peruntukan lain yang mensyaratkan mutu air yang sama dengan kegunaan tersebut sesuai dengan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 82 tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air (Lampiran 1). Parameter fisika, kimia dan mikrobiologi perairan danau yang diukur, metode serta peralatan yang digunakan, mengikuti pedoman standar methods for examination of water and waste water (APHA, 1995), seperti yang ditunjukkan pada Tabel 8.
B. Sumber dan Beban Pencemaran Perairan Danau
Pengumpulan data untuk mengidentifikasi sumber-sumber limbah yang masuk ke perairan danau dilakukan melalui wawancara dan dari data sekunder. Data beban limbah yang masuk ke perairan danau melalui sungai diperoleh melalui pengukuran konsentrasi parameter beban limbah pada setiap stasiun atau sungai yang mengalir ke danau, sedangkan pengumpulan data beban limbah dari KJA, peternakan dan hotel diperoleh melalui wawancara dan data sekunder. Disamping itu, data untuk menentukan kapasitas asimilasi terhadap beban limbah di perairan danau diperoleh melalui pengukuran parameter pencemaran pada jarak 100 meter dari muara sungai ke arah danau.
C. Persepsi Masyarakat
Pengumpulan data untuk mengetahui persepsi masyarakat tentang pengendalian pencemaran (pencegahan, penanggulangan dan partisipasi pada pencegahan dan pananggulangan) perairan danau menggunakan kuesioner terstruktur yang disebarkan pada responden. Penentuan responden dilakukan dengan metode multiple stage random sampling (Nazir, 1999) pada tiga jorong (kampung) terpilih dari tujuh nagari yang ada di sekitar Danau Maninjau. Jumlah responden yang diambil adalah 150 kk yang terdiri dari 50 kk setiap jorong terpilih.
D. Membangun Model Pengendalian Pencemaran Perairan
Data yang diperlukan untuk membangun model pengendalian pencemaran di perairan danau adalah merupakan beban pencemaran yang berasal dari luar danau dan dari dalam danau (KJA). Pengumpulan data tentang sumber-sumber pencemaran yang masuk ke perairan danau dilakukan melalui wawancara dan data sekunder. Data beban pencemaran yang berasal dari luar danau diperoleh melalui pengukuran debit sungai dan konsentrasi parameter beban limbah di muara sungai pada setiap stasiun penelitian. Data beban pencemaran yang berasal dari kegiatan di danau (KJA) diperoleh melalui penghitungan jumlah pakan yang diberikan dan jumlah pakan yang tidak dikomsumsi oleh ikan. Pada Tabel 9 disajikan secara rinci sumber-sumber pencemar yang masuk ke perairan danau. Adapun jenis dan sumber data serta cara memperolehnya dalam penelitian ini terangkum dalam Tabel 10.
3.5. Analisis Data
3.5.1. Analisis Fisika, kimia dan mikrobiologi Perairan Danau
Analisis parameter fisika, kimia dan mikrobiologi perairan danau dilakukan berdasarkan standard methods 1995 dan memperbandingkan dengan PP Nomor 82 tahun 2001 tentang baku mutu air kelas 1 (KLH, 2004). Analisis dilaksanakan di Laboratorium Kimia Lingkungan FMIPA Universitas Andalas dan Balai Laboratorium Kesehatan Propinsi Sumatera Barat Padang. Selanjutnya analisis indeks mutu lingkungan perairan (IMLP) berdasarkan metode National Sanitation Foundation Water Quality Indeks (NSF-WQI) (Ott, 1978 dan Mahbud, 1990), dengan persamaan:
3.5.2. Analisis Beban Pencemar
1. Analisis beban pencemaran yang berasal dari luar danau (darat) dilakukan dengan perhitungan secara langsung di muara-muara sungai yang menuju Danau Maninjau. Cara penghitungan beban pencemaran ini didasarkan atas pengukuran debit sungai dan konsentrasi limbah di muara sungai berdasarkan persamaan (Mitsch & Goesselink, 1993):
2. Untuk estimasi besarnya beban pencemaran yang berasal dari aktivitas penduduk di sekitar perairan danau dilakukan berdasarkan pendekatan Rapid Assesment (Kositranata et al., 1989; WHO, 1993) dengan persamaan:
3. Untuk menghitung besarnya beban limbah yang berasal dari kegiatan KJA dilakukan dengan metode pendugaan total bahan organik (Iwana, 1991 dalam Barg, 1992) dengan persamaan :
4. Untuk menghitung kapasitas asimilasi perairan danau terhadap beban pencemaran dilakukan dengan menggunakan metode hubungan antara konsentrasi parameter limbah di perairan danau dengan total beban limbah tersebut di muara sungai. Nilai kapasitas asimilasi didapatkan dengan cara membuat grafik hubungan anatara nilai konsentrasi masing-masing parameter limbah di perairan danau dengan parameter limbah tersebut di muara sungai. Selanjutnya dianalisis dengan memotongkan dengan garis nilai baku mutu air kelas 1 seperti diperlihatkan pada (Gambar 5).
3.5.3. Validasi Model
Validasi merupakan usaha untuk menyimpulkan model apakah model sistem yang dibangun merupakan perwakilan yang sah dari realitas yang dikaji, yang dapat menghasilkan kesimpulan yang menyakinkan (Eriyatno, 1999). Validasi yang dilakukan adalah terhadap struktur model dan keluaran model (output model). Validasi struktur dilakukan melalui studi pustaka, sedangkan validasi output dilakukan dengan membandingkan dengan data empirik. Untuk memverifikasi penyimpangan keluaran model dengan data empirik dilakukan dengan uji KF (Kalman Filter). Tingkat kecocokan hasil simulasi model dengan nilai aktual adalah 47,25-52,3% dengan menggunakan perasamaan:
3.5.4. Analisis Persepsi Masyarakat
Data karateristik masyarakat di sekitar perairan danau dianalisis dengan menggunakan distribusi frekuensi. Untuk mengetahui persepsi atau pandangan masyarakat di sekitar perairan danau terhadap pengendalian pencemaran dilakukan melalui analisis deskriptif menggunakan tabel.
3.5.5. Pendekatan Sistem dalam Pengendalian Pencemaran Perairan Danau
Pendekatan sistem merupakan suatu metodologi pemecahan masalah yang dimulai dengan mengidentifikasi serangkaian kebutuhan sehingga dapat menghasilkan suatu operasi dari sistem yang dianggap efektif. Pendekatan sistem ini dilakukan untuk menunjukkan kinerja intelektual berdasarkan perspektif, pedoman, model, metodologi dan sebagainya yang diformulasikan untuk perbaikan secara terorganisir dari tingkah laku dan perbuatan manusia (Winardi, 1989; Zhu, 1998). Oleh karena itu, menurut Eriyatno (2007) pada pendekatan kesisteman dalam penyelesaian suatu permasalahan selalu ditandai dengan: (1) pengkajian terhadap semua faktor penting yang berpengaruh dalam rangka mendapatkan solusi untuk pencapaian tujuan, dan (2) adanya model-model untuk membantu pengambilan keputusan lintas disiplin, sehingga permasalahan yang kompleks dapat diselesaikan secara komprehensif.
a. Analisis Kebutuhan
Analisis kebutuhan pada dasarnya merupakan tahap awal pengkajian dalam pendekatan sistem, dan sangat menentukan kelaikan sistem yang dibangun. Analisis kebutuhan juga merupakan kajian terhadap faktor-faktor yang berkaitan dengan sistem yang dianalisis (Pramudya, 1989). Oleh karena itu, dalam penelitian ini analisis kebtutuhan diarahkan pada pihak-pihak yang mempunyai kepentingan dan keterkaitan baik secara langsung maupun tidak langsung terhadap pengendalian pencemaran perairan danau. Dalam pengendalian pencemaran perairan danau, pihak yang mempunyai kepentingan dan terkait secara langsung adalah (1) masyarakat lokal yaitu masyarakat yang tinggal di sekitar danau yang memanfaatkan perairan danau untuk berbagai kepentingan, (2) dinas instansi terkait yaitu semua dinas instansi pemerintah daerah yang mempunyai hubungan keterkaitan dengan perairan danau baik langsung mapun tidak, (3) akademisi (peneliti) yaitu orang yang melakukan penelitian pada perairan danau, (4) Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) yaitu lembaga yang dibentuk masyarakat setempat yang mempunyai kepedulian terhadap kelestarian perairan danau, dan (5) badan usaha milik negara yaitu perusahaan yang melakukan kegiatan usaha di perairan danau.
Dalam analisis kebutuhan dilakukan inventarisasi kebutuhan setiap pelaku yang terlibat dalam sistem. Inventarisasi ini dilakukan dengan wawancara secara terbatas. Berdasarkan hasil wawancara dihasilkan analisis kebutuhan pelaku seperti disajikan pada Tabel 13.
b. Formulasi Permasalahan Sistem
Permasalahan sistem pada dasarnya adalah terdapatnya gap antara kebutuhan pelaku dengan kondisi yang ada (reel). Pada kondisi nyata di lapangan, permasalahan sistem ditunjukan oleh adanya isu yang berkembang sehubungan dengan terjadinya pencemaran di perairan danau. Formulasi sistem di sini adalah merupakan aktivitas merumuskan permasalahan dalam pengendalian pencemaran di perairan danau yang berkaitan dengan adanya perbedaan antara kebutuhan pelaku dengan kondisi yang ada.
Berdasarkan pada analisis kebutuhan para pelaku yang terlibat dalam pemanfaatan perairan danau dan kondisi yang dijumpai di perairan danau saat ini, maka permasalahan pengendalian pencemaran di perairan danau dapat diformulasikan sebagai berikut:
- Tidak diperhatikannya limbah dari aktivitas KJA yang ditunjukan dengan tidak adanya pemahaman mengenai dampak dari limbah KJA terhadap kualitas air.
- Tidak tersedianya sistem pengolahan limbah penduduk, menyebabkan buangan limbah dari permukiman akan langsung mengalir ke perairan danau, sehingga kualitas perairan danau menjadi turun.
- Tidak diperhatikannya pemanfaatan tata guna lahan di kawasan sempadan danau yaitu banyaknya pengembangan permukiman, hotel, restoran, dan home stay serta pembukaan lahan pertanian yang tercermin dari tingginya padatan tersuspensi di perairan danau.
- Tidak diperhatikannya persepsi masyarakat di sekitar perairan danau dalam upaya pengendalian pencemaran yang terjadi di perairan danau.
- Tidak adanya zonasi (penataan ruang) kawasan danau yang tercermin dari penyebaran atau letak keramba jaring apung yang tersebar hampir di seluruh tepian atau keliling perairan danau.
c. Identifikasi Sistem
Identifikasi sistem merupakan suatu rantai hubungan antara pernyataan dari kebutuhan dengan pernyataan khusus dari masalah yang harus dipecahkan untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan tersebut (Eriyatno, 2003). Hal ini sering digambarkan dalam bentuk diagram lingkar sebab-akibat (cousal loop diagram) . Diagram tersebut merupakan pengungkapan interaksi antara komponen di dalam sistem yang saling berinteraksi dan mempengaruhi dalam kinerja sistem, seperti disajikan pada Gambar 6. Disamping itu, hubungan antara input (masukan) dan output (keluaran) dalam suatu sistem digambarkan dalam sebuah diagram inputoutput (masukan-keluaran) seperti disajikan pada Gambar 7. Diagram lingkar sebab-akibat merupakan gambaran dari struktur model pengendalian pencemaran di perairan danau yang dibuat berdasarkan diagram input-output.
Menurut Manetsch dan Park (1977), secara garis besarnya variabel yang mempengaruhi kinerja sistem ada 6 variabel yakni: (1) variabel output yang dikehendaki; ditentukan berdasarkan hasil analisis kebutuhan, (2) variabel input terkontrol, variabel yang dapat dikelola untuk menghasilkan perilaku sistem sesuai dengan yang diharapkan, (3) variabel output yang tidak dikehendaki; merupakan hasil sampingan atau dampak yang ditimbulkan bersama-sama dengan output yang diharapkan, (4) variabel input tak terkontrol, (5) variabel input lingkungan; variabel yang berasal dari luar sistem yang mempengaruhi sistem tetapi tidak dipengaruhi oleh sistem, dan (6) variabel kontrol sistem; merupakan pengendali terhadap pengoperasian sistem dalam menghasilkan output yang dikehendaki. Variabel-variabel yang mempengaruhi kinerja sistem disajikan pada Gambar 7.
3.6. Model Pengendalian Pencemaran
Model pengendalian pencemaran perairan di Danau Maninjau yang dibangun didasarkan pada kondisi faktual yang terjadi di lapangan yang dikombinasikan dengan studi literatur. Perangkat lunak yang digunakan sebagai alat bantu dalam pemodelan sistem ini adalah Powersim version 2,5 c. Konsep dasar dalam membangun model pengendalian pencemaran perairan danau bersumber dari beban pencemaran yaang berasal dari luar danau dan dari dalam danau. Model dinamik yang dibangun melibatkan lima sub-model, yaitu: 1) sub- model limbah penduduk yang berdomisili di sekitar perairan danau, 2) sub-model limbah hotel (pariwisata), 3) sub-model limbah peternakan, 4) sub-model limbah pertanian, dan 5) sub-model limbah budidaya perikanan (KJA).
3.7. Asumsi yang Digunakan
Pembangunan model yang akan dirumuskan menggunakan beberapa batasan, guna untuk menyederhanakan dan memahami pengertian hubunganhubungan antar peubah dalam model yang akan membatasi keberhasilan model.
Beberapa batasan yang dijadikan sebagai asumsi dalam model ini adalah :
(a). Laju pertambahan limbah dari permukiman yang ada di sekitar perairan danau mengikuti pola pertumbuhan penduduk yang berdomisili di lokasi tersebut.
(b). Nilai parameter hasil pengamatan di perairan danau dan sungai merupakan pencerminan dari dinamika yang ada di perairan tersebut.
(c). Parameter limbah yang diacu adalah ortofosfat sebagai P dengan nilai baku mutu sebesar 0,2 mg/l.
(d). Konstruksi dan tipe KJA di daerah penelitian dianggap homogen untuk semua unit KJA yang tersebar di seluruh perairan danau.
3.8. Analisis Pengembangan Skenario Pengendalian Pencemaran Perairan
Pengembangan skenario pengendalian pencemaran perairan danau dilakukan dengan menggunakan analisis prospektif. Analisis prospektif merupakan suatu analisis yang digunakan untuk mengeksplorasi kemungkinan yang akan terjadi di masa yang akan datang. Dari analisis ini akan didapatkan informasi mengenai faktor kunci yang berperan dalam pengendalian pencemaran di perairan danau sesuai dengan kebutuhan dari para pelaku yang terlibat dalam sistem. Selanjutnya faktor kunci tersebut digunakan untuk mendeskripsikan perubahan kemungkinan masa depan bagi pengendalian pencemaran perairan danau. Penentuan faktor kunci ini sepenuhnya adalah merupakan pendapat dari pihak yang berkompeten sebagai pelaku dan pakar mengenai pengendalian pencemaran perairan. Penentuan faktor kunci menggunakan kuesioner dan wawancara. Responden pakar yang digunakan dalam penelitian ini dapat dilihat pada Lampiran 7. Tahapan-tahapan dalam melakukan analisis prospektif menurut Hardjomidjojo (2002) adalah sebagai berikut:
1. Menentukan tujuan studi
2. Identifikasi faktor-faktor penting
3. Analisis pengaruh antar faktor
4. Membuat suatu keadaan (state) suatu faktor
5. Membangun skenario yang mungkin terjadi
6. Implikasi dari skenario yang diinginkan
Untuk melihat pengaruh langsung hubungan timbal balik antar faktor dalam sistem, dilakukan penilaian dengan skor antara 0–3. Kriteria pedoman penilaian dapat dilihat pada Tabel 14. Untuk melihat pengaruh langsung antar faktor dalam sistem yang dikaji dilakukan dengan cara matriks, seperti disajikan pada Tabel 15.
Pedoman pengisian pengaruh langsung antar faktor :
- Apakah faktor X berpengaruh terhadap Y ? Jika tidak berpengaruh bernilai 0
- Jika ada pengaruh, apakah pengaruhnya sangat kuat? jika ya bernilai 3, jika pengaruhnya sedang bernilai 2 dan jika pengaruhnya kecil bernilai 1. Jika nilai faktor yang diberikan oleh responden lebih dari 1 (misalnya sebanyak N), maka dilakukan analisis matriks gabungan dengan cara:
a) Apabila pengaruh antar satu faktor dengan faktor lainnya mempunyai nilai 0 dengan jumlah > ½ N, maka nilai dari sel tersebut adalah 0. Jika nilai 1,2 dan 3 bersama-sama berjumlah >1/2 N, nilai sel tersebut ditentukan berdasarkan yang paling banyak dipilih antara 1,2 dan 3.
b) Jika jumlah faktor adalah genap dan diperoleh dalam satu sel jumlah nilai 0 sama banyak dengan jumlah nilai 1,2 dan 3, maka dilakukan diskusi lebih lanjut dengan pakar untuk menentukan nilai sel tersebut.
Selanjutnya untuk menentukan tingkat kepentingan faktor-faktor kunci (penting) yang berpengaruh pada sistem yang dikaji digunakan software analisis prospektif. Hasil analisis ini akan didapatkan gambaran pada kuadran I adalah terdiri dari faktor penentu (input factor), kuadran II terdiri dari faktor penghubung (stakes factor), kuadran III terdiri dari faktor terikat (output factor), dan kuadran IV terdiri dari faktor autonomous (unused factor) seperti disajikan pada Gambar 8.
3.9. Definisi Operasional
- Pengendalian pencemaran adalah upaya pencegahan dan pananggulangan pencemaran air serta pemulihan kualitas air untuk menjamin kualitas air agar sesuai dengan baku mutu air
- Umur adalah usia responden pada saat penelitian. Data yang diperoleh merupakan skala ordinal dengan pengkategorian ke dalam umur muda (< 19 tahun), dewasa (19-55 tahun) dan tua atau tidak produktif (> 55 tahun).
- Pendidikan adalah tingkat pendidikan secara formal yang pernah diperoleh responden. Indikatornya adalah status pendidikan formal yang pernah diikuti responden. Parameter dan pengukurannya adalah tingkat pendidikan secara formal yang pernah diikuti responden dengan kategori rendah (tidak tamat SD atau lulus SD), sedang (lulus SLTP dan SMU) dan tinggi (lulus perguruan tinggi, D2, D3 dan S1).
- Pendapatan adalah jumlah penghasilan secara keseluruhan yang diperoleh dalam satu bulan, kemudian diperhitungkan berdasarkan nilai tukar uang. Pendapatan dikategorikan dalam skala ordinal, yaitu rendah (< Rp 500.000,-), sedang (Rp 500.000 – Rp 1.000.000,-) dan tinggi (> Rp 1.000.000,-)
- Persepsi masyarakat adalah pandangan responden tentang kegiatan pengendalian pencemaran perairan danau. Cara untuk mengetahuinya adalah melalui beberapa indikator pertanyaan yang menjelaskan pandangan responden terhadap (a) kegiatan pencegahan pencemaran danau, (b) kegiatan penanggulangan pencemaran danau dan (c) kegiatan dalam berpartisipasi pada pencegahan dan penanggulangan pencemaran danau. Tiap indikator dikembangkan menjadi beberapa pertanyaan yang dinilai responden dengan menggunakan skala berjenjang dengan ketentuan; setuju bernilai 3, ragu-ragu bernilai 2 dan tidak setuju bernilai 1.
Leave a comment