2. Karakteristik

II.  Karakteristik

a. Kualitas Fisika-Kimia Perairan

Kualitas lingkungan perairan Danau Limboto pada umumnya cukup baik untuk kehidupan ikan. Kecerahan perairan berkisar antara 15 -125 cm, dan pH berkisar antara 7,99 sehingga termasuk danau alkalis. Kadar kesadahan di danau tinggi, berkisar antara 157,28 mg/l, sedangkan kekeruhan umumnya rendah berkisar antara 3,32 NTU. Kadar Nitrat dan Nitrit di perairan ini berkisar antara 0,433 mg/l dan 0,018 mg/l, sedang kandungan sisa organik juga tinggi (15,97 mg/l), nilai yang cukup tinggi untuk suatu perairan umum. Perincian dapat dilihat pada Tabel 2

Suhu perairan berkisar antara 25,0-32,9°C, dimana suhu tersebut layak untuk kegiatan perikanan. Derajat keasaman (pH) perairan berkisar antara 7,0 – 8,5 yang artinya perairan netral cenderung alkalis. pH yang demikian ini dapat mendukung kegiatan perikanan seperti pendapat Boyd (1982) yaitu berkisar antara 6,0 – 9,0. Daerah pegunungan sekitar danau merupakan pegunungan kapur yang agak gundul sehingga aliran air dari daerah tersebut yang mengandung kapur yang dapat meningkatkan pH perairan danau.

Total alkalinitas berkisar antara 56,7- 252 mg/I CaCO3 eq yang berarti Danau Limboto termasuk perairan yang sadah. Hal ini memungkinkan karena sekitar Danau Limboto merupakan kapur yang agak gundul. Konsentrasi N-NO2 berkisar antara 0,008-0,345 mg/I dan konsentrasi tertinggi terjadi pada bulan November.

Tabel 2. Kualitas Fisika–Kimiawi Perairan Danau Limboto Tahun 2008

Hasil dekomposisi bahan organik yang berasal dari sisa-sisa tumbuhan air yang mati. Konsentrasi N-NO3 antara 0,034-1,579 mg/L dan tertinggi terjadi pada bulan September. Hal ini kemungkinan proses dekomposisi bahan dan nitrifikasi telah berjalan sempurna dan menghasilkan nitrat. Konsentrasi N-NO3 merupakan salah satu indikator tingkat kesuburan perairan yang tinggi. Konsentrasi N-NH4 berkisar 0-1,416 mg/L dan N-NH3 berkisar 0 – 1,337 mg/I yang mana konsentrasi tertinggi terjadi pada bulan November. Konsentrasi N-NH4 yang tinggi merupakan salah satu indikator kesuburan perairan yang tinggi.

Fosfat dapat digunakan langsung oleh fitoplankton dan tumbuhan air (Effendi, 2003). Senyawa fosfat di perairan sebagian besar terikat oleh partikel yang akan mengendap ke perairan. Zat anorganik mengalami proses dekomposisi dan senyawa fosfat dapat lepas kembali ke dalam perairan pada, kondisi anaerob. Sebagian besar senyawa fosfat terdapat dalam bentuk kaloid yang dapat hilang bersama keluaran air danau (Wetzel, 2001). Tinggi rendahnya kandungan fosfat di dalam perairan merupakan pendorong terjadinya dominasi fitoplankton tertentu. Konsentrasi P-PO4 berkisar 0,029 – 5,192 mg/I dan konsentrasi tertinggi pada bulan Mei. Konsentrasi fosfat yang tinggi dapat mendorong terjadinya blooming alga dan tumbuhan air. Kandungan P-PO4 yang tinggi di perairan kemungkinan berasal dari limbah domestik, limbah pertanian, aliran air permukaan di lahan pertanian, serta hasil dekomposisi tumbuhan air yang telah mati.

Berdasarkan hasil pengukuran nutrien di Danau Limboto maka Danau Limboto dapat dikatakan sebagai danau yang subur dan telah mengalami eutrofikasi. Berdasarkan konsentrasi N-NO3 yang berkisar 0,034-1,579 dengan rataan 0,419 mg/I termasuk eutrofik, konsentrasi P-PO4 yang berkisar 0,095-5,192 mg/I dengan rata-rata 1,383 mg/I termasuk eutrofik, jumiah klorofil a berkisar 3,47 – 32,3 mg/m3 dengan rata-rata 19,87 mg/m3 termasuk meso – eutrofik, produktivitas primer yang berkisar 106,8 – 1.171, 87 mg/m3/hari dengan rata-rata 523,2 mg/m3/hari termasuk meso-eutrofik, kecerahan yang berkisar 0,1 – 0,9 m dengan rata-rata 0,42 m termasuk eutrofik (Golman & Horne, 1983; Lander c/a/am Suwignyo, 1983; Volundeir cla/am Effendi, 2003; Wetzel, 2001). Berdasarkan kriteria di atas maka Danau Limboto dapat digolongkan dalam kriteria meso-eutrofik menuju eutrofik. Danau Limboto merupakan suatu perairan yang dangkal dan subur. Kesuburan danau terutama disebabkan oleh masukan nutrien yang berasal dari limbah rumah tangga di sekitar danau dan dari daerah tangkapannya (catchment area).

b. Keanekaragaman Hayati

b.1. Flora

Jenis tumbuhan air yang ditemukan pada tahun 2006 di Danau Limboto ada 9 jenis yaitu Enceng gondok (Eichhornia crassipes), Kangkung Air (Ipomoea Aquatica), Plambungo (Ipomoea Crassicaulis), Rumput (Panicum Repens, Scirpus Mucronatus), Tumbili (Pistia Stratiotesh), Hydrila (Hydrilla Ververticalata), Teratai (Nelumbium sp) dan Kiambang (Azolla Pinata). Lihat Tabel 3.

Tabel 3. Jenis-jenis tumbuhan air di Danau Limboto.

Enceng gondok dan beberapa tumbuhan lainnya seperti rumput dan kangkung air di manfaatkan juga sebagai perangkap ikan yang disebut bibilo. Bibilo merupakan sejenis rumpon yang terbuat dari tumbuhan air seperti enceng gondok dengan luas mencapai sekitar 300 m2 dipagari dengan bambu. Ikan-ikan akan datang dan berkumpul pada bibilo memanfaatkan enceng gondok sebagai tempat mencari makan dan berlindung. Bibilo di panen setelah 3-4 bulan untuk mengambil ikan yang hidup di dalamnya. Ikan yang biasa ditemukan antara lain gabus, nila, saribu/sepat, mujair, betok serta udang kecil.

Bentos atau organisme dasar yang ditemukan di Danau Limboto terdiri dari kelas Gastropoda dan Pelecypoda. Kelas Gastropoda yang ditemukan terdiri dari ordo Tarebia, Lymnaca Mangatifera dan Chironomus. Ordo yang paling banyak ditemukan adalah Tarebia.

Tanaman air yang paling menonjol menutupi danau Limboto adalah eceng gondok. Jenis gulma ini akan mempercepat pendangkalan danau, rawa/waduk, kompetitor tanaman padi, mengganggu transportasi air, sebagai habitat vektor penyakit dan mengurangi estetika perairan. Disamping itu, dengan laju pertumbuhan yang cepat akibat terjadinya eutrofikasi dapat mempercepat penutupan permukaan suatu perairan. Lebih lanjut biomasa dari tumbuhan yang mati akan mengendap sebagai bahan organik dan mempercepat pendangkalan dasar perairan karena sulit terurai akibat terbatasnya zat asam. Apabila suatu saat senyawa-senyawa ini mengalami proses pengangkatan ke permukaan dapat membahayakan organisme perairan di atasnya, seperti perikanan karamba atau jaring apung. Dalam situasi yang demikian kehadiran tumbuhan air tersebut berubah statusnya menjadi gulma perairan yang berbahaya.

b.2. Fauna

Laporan Sarnita (1994) tercatat ada 12 jenis ikan yang menghuni Danau Limboto yang 4 jenis di antaranya merupakan jenis endemik. Jenis-jenis tersebut adalah sebagai berikut:

Selain jenis ikan yang berhasil di identifikasi oleh sarnita diatas ada ada beberapa species lokal yang biasa di temui di danau limboto, seperti: ikan betok, lele, kepala timah, dan seribu.

c. Komponen Sosial, Ekonomi dan Budaya

Danau Limboto sangat dibanggakan oleh masyarakat Gorontalo disamping sebagai sumber mata pencaharian juga merupakan salah satu obyek wisata yang memiliki panorama indah, terlebih apabila dilihat dari puncak bukit yang berada di sekelilingnya.

Danau Limboto telah dimanfaatkan sejak dulu oleh penduduk Gorontalo. Pemanfaatan Danau Limboto pada masa penjajahan Belanda terlihat dengan adanya bangunan pelabuhan dan pasar ikan. Bangunan pelabuhan dan pasar ikan didirikan tahun 1932 dan digunakan sebagai tempat pelelangan ikan dari Danau Limboto.

Perkembangan Danau Limboto rnengalami penurunan dari tahun ke tahun. Adanya proses geologi dan campur tangan manusia merupakan penyebabnya. Penurunan luas maupun kedalaman danau terjadi pada periode 1930-an hingga tahun 1970-an. Pada tahun 70-an luas danau diperkirakan sekitar 3.500 ha. Luas danau relatif stabil hingga menjelang abad 20. Luas danau berfluktuasi mengikuti musim.

Fluktuasi luas danau berpengaruh terhadap sikap penduduk di sekitarnya. Adanya perubahan danau menimbulkan daerah bantaran danau yang berubah-ubah. Kecenderungan masyarakat di sekitar danau memanfaatkan danau sebagai salah satu sumber mata pencaharian ikan dan memiliki areal tersendiri, sehingga daerah bantaran danau menjadi suatu daerah yang dimiliki secara individual.

Kepemilikan lahan dibagian bantaran secara sah akan merubah struktur danau, sehingga luas danau maksimum akan terbatas sampai pada batas kepemilikan lahan. Sikap masyarakat di sekitar Danau Limboto nampaknya agak apatis. Pada umumnya penduduk menerima apa adanya. Akan tetapi, bedasarkan aspirasi masyarakat mengenai pengembangan danau melalui survei lapangan menunjukkan bahwa seluruh responden menghendaki danau dilestarikan. Hal ini berarti masyarakat di sekitar menyadari pentingnya keberadaan danau.

c.1. Penduduk

Secara administratif, Danau Limboto dikelilingi oleh tujuh kecamatan. Yaitu Kecamatan Limboto, Limboto Barat, Telaga, Tilango, Telaga Biru dan Batudaa yang merupakan wilayah Kabupaten Gorontalo serta Kecamatan Kota Barat yang merupakan wilayah Kota Gorontalo. Jumlah penduduk terbanyak pada tahun 2008 terdapat pada Kecamatan Limboto dengan jumlah penduduk sebanyak 68.314 jiwa.

Gambar 11. Karamba Jaring Apung

Mata Pencaharian Penduduk di wilayah DAS Limboto sebagian besar adalah petani 26.099 KK (74,49%), kemudian berturut-turut buruh 11.526 KK (34,63%), pegawai/pensiunan ABRI 2.223 KK (15,46%), lain-lain 3.465 KK (9,64%), pedagang 2.842 KK (7,8%) dan yang paling kecil adalah pengrajin yang hanya mencapai 255 KK (1,07%). Tingkat pendapatan petani rata-rata di wilayah DAS Limboto adalah sebesar Rp. 1.176.250,-/kapita/tahun.

Salah satu penyebab sedimentasi pada Danau Limboto adalah penggunaan area konservasi hutan menjadi lahan pertanian. Sedangkan aktivitas penduduk di Kabupaten Gorontalo ini sebagian besar adalah pertanian yang meliputi usaha tani tanaman pangan (padi dan jagung), pekarangan dan peternakan. Hal ini menjadi sangat komplek karena akibat sedimentasi tersebut dan pendangkalan di Danau Limboto, beberapa areal ladang jagung dan persawahan tadah sering terendam banjir. Genangan banjir ini selain menimbulkan kerugian secara material juga moril petani terganggu dalam melakukan usaha tani karena banjir dapat datang sewaktu-waktu.

Pendidikan. Sarana pendidikan baik secara kuantitas dan kualitas yang memadai tentunya sangat diperlukan oleh suatu daerah dalam rangka meningkatkan mutu sumber daya manusianya. Gambaran secara umum mengenai fasilitas pendidikan untuk tingkat TK dan SD yang ada di Kabupaten Gotontalo disajikan pada tabel 4. Fasilitas pendidikan tersedia sampai tingkat SMA walaupun berada di daerah perdesaan. Tiap kecamatan mempunyai paling sedikit satu SMA dan lebih dari dua SMP. Distribusi pengajar/guru berbeda antara kecamatan, tetapi statistik menunjukkan rasio murid/guru pada umumnya antara 12 sampai16 murid per guru.

Tabel 4. Fasilitas Pendidikan dan jumlah Guru.

Kesehatan. Ketersediaan fasilitas kesehatan yang memadai dengan pelayanan yang terjangkau oleh masyarakat merupakan prakondisi yang mutlak diperlukan dalam upaya meningkatkan derajat kesehatan masyarakat menuju sasaran peningkatan kualitas sumber daya manusia di daerah ini. Gambaran mengenai ketersediaan sarana dan prasarana kesehatan di desa-desa daerah studi disajikan pada Tabel 5

Tabel 5. Sarana kesehatan per kecamatan Kab. Gorontalo Tahun 2008

Tenaga kerja. Penduduk yang berumur lebih 15 tahun adalah 448.000 orang di seluruh Provinsi Gorontalo atau 66 % dari seluruh penduduk yang ada. Dari jumlah tersebut, sekitar 65 % atau 295.000 orang ikut di tenaga kerja pasar sebagai penduduk aktif. Dapat dicatat bahwa 261.000 orang bekerja di Kabupaten Gorontalo. Disamping sektor ekonomi yang mayoritas, sektor pertanian menyerap sebanyak 160.000 orang atau 64 % dari total angkatan kerja dan 24 % kerja di sektor jasa. Sektor industri menyerap hanya 12 %. Struktur tenaga kerja sedikit berbeda dengan struktur nasional, yaitu 43 % pertanian, 18 % industri dan 39 % jasa. Pendapatan regional per kapita GRDP (Gross Regional Domestic Product) dari Kabupaten Gorontalo dan Kotamadya Gorontalo adalah sebesar Rp. 1.160.000,- hingga Rp. 2.390.000,-/orang/tahun, yang hanya 18-38 % terhadap ukuran nasional.

Kegiatan ekonomi dari Kabupaten Gorontalo adalah khusus produk pertanian dan Kota Gorontalo khusus jasa dan perdagangan. Sektor-sektor lain, seperti peternakan menyerap angkatan kerja 10%, perikanan 7%, kehutanan 26%, pertanian bukan makanan 18%.


One Comment on “2. Karakteristik”

  1. andry al majid Says:

    kapan danau limboto bisa kembali sperti duluu :((


Leave a comment