Bupati Kerinci

PAPARAN  KISAH SUKSES PENANGANAN ECENG GONDOK  DI DANAU KERINCI

OLEH: H. MURASMAN, BUPATI KERINCI, PROVINSI JAMBI

Materi disampaikan dalam Konperensi Nasional Danau II, 13 – 14 Oktober 2011, di Semarang

Download: Paper Bupati Kerinci_KNDI II 

Bab I Pendahuluan

1.  Gambaran Umum

1.1. Letak , Luas dan Batas Wilayah

Kabupaten Kerinci merupakan salah satu Kabupaten dalam Provinsi Jambi yang secara astronomi terletak pada titik ordinat antara 101º 08′ W – 101 º 50′ 00 Bujur Timur dan antara 1 40 º 00′ – 2 º 26′ 00 Lintang Selatan dengan luas 380.850 ha. Perbandingan luas berdasarkan pada letak datarannya dapat dibedakan menjadi dua yaitu dataran rendah seluas 69,768 ha (18,3%) dan dataran tinggi seluas 311.082 ha (81,7%). Dalam mendukung jalannya roda pemerintahan, pusat Pemerintahan Kabupaten Kerinci berada di Kota Sungai Penuh.

Berdasarkan Undang-undang Nomor 54 Tahun 1999 tentang pembentukkan dan pemekaran wilayah di lingkup Provinsi Jambi, secara administrasi wiayah Kabupaten Kerinci berbatasan dengan :

  • Sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Bungo
  • Sebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten Bengkulu Utara (Provinsi Bengkulu) dan Kabupaten Pesisir Selatan (Provinsi Sumatera Barat)
  • Sebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten Solok Selatan (Provinsi Sumatera Barat)
  • Sebelah Selatan berbatasan dengan Kabupaten Merangin

 1.2. Topografi

Kondisi topografi Kabupaten Kerinci secara umum terbagi dalam 3 bagian yaitu dataran tinggi, dataran sedang dan dataran rendah. Ketinggian berkisar antara 500 – 1.500 meter diatas permukaan laut.

Berdasarkan  kemiringan lereng/wilayahKabupaten Kerinci terbagi dalam 4 kategori yaitu

  1. Kemiringan lereng 0 – 2 % dari jumlah 3,33 % dari luas wilayah Kabupaten Kerinci, Klasifikasi kemiringan ini sebagian besar berada di Kecamatan Gunung Raya, Keliling Danau, Danau Kerinci, Sitinjau Laut, Air Hangat, Air Hangat Timur, Depati VII, Gunung Kerinci, Siulak, Kayu Aro dan Gung Tujuh.
  2. Kemiringan Lereng 2 – 15 % berjumlah berjumlah 15,62 dari luas Kabupaten Kerinci yang sebagian besar berada di Kecamatan Gunung Raya, Batang Merangin, Keliling Danau, Danau Kerinci, Sitinjau Laut, Air Hangat, Air Hangat Timur, Depati VII, Gunung Kerinci, Siulak, Kayu Aro dan Gunung Tujuh.
  3. Kemiringan lereng 15 – 40 % lebih kurang 26,51 % dari luas Kabupaten Kerinci dengan penyebaran hamparan ke seluruh kecamatan akan tetapi yang paling dominan di Kecamatan Gung Raya, Batang Merangin, Keliling Danau, Danau Kerinci, Sitinjau Laut, Air Hangat, Air Hangat Timur, Depati VII, Gunung Kerinci, Siulak, Kayu Aro dan Gung Tujuh.
  4. Kemiringan lereng > 40 % merupakan persentase terbesar yaitu berkisar antara 53, 05 % dari luas Kabupaten Kerinci, Penyebaran terdapat di Kecamatan Gunung Kerinci, Batang Merangin, Keliling Danau, Danau Kerinci, Sitinjau Lau, Air Hangat, Air Hangat Timur, Depati VII, Gunung Kerinci, Siulak, Kayu Aro dan Gunung Tujuh.

1.3. Iklim

Kabupaten Kerinci beriklim tropis dengan suhu rata-rata 22,00 c dengan suhu maksimum sebesar 29,3 c terjadi pada Bulan Mei, serta suhu minimum sebesar 17,2 c terjadi pada Bulan Maret. Curah hujan rata-rata perbulan sebesar 169,6 dengan curah hujan terendah sebesar 82,5 terjadi pada bulan Juli dan curah hujan tertinggi sebesar 297,3 terjadi pada Bulan Januari. Kelembaban udara rata-rata sebesar 83 HmHg

Bab II Gambaran Umum Danau Kerinci

2.1. Lokasi dan luas Danau Kerinci 

Danau Kerinci berada di antara Kecamatan Danau Kerinci dan Kecamatan Keliling Danau dengan jarak tempuh dari Provinsi Jambi 420 km.  Danau Kerinci memiliki luas 4.200 ha dengan kedalaman 110 m dan terletak pada ketinggian 783 m dpi. Jarak dari Sungai Penuh ibu Kota Kabupaten Kerinci kira-kira 20 Km dengan jarak tempuh sekitar 30 menit.

2.2. Kondisi  Danau Kerinci

Sejak tahun 1979 kawasan danau Kerinci dipenuhi oleh eceng gondok. Berbagai upaya dilakukan oleh Pemerintah Kabupaten Kerinci  untuk memusnahkan eceng gondok tanaman air yang berada di dalam kawasan  hutan Taman Nasional tersebut diantaranya dengan menaburkan herbisida, pengangkatan secara manual dan dengan menggunakan alat berat yang dilakukan oleh Dinas Pekerjaan Umum serta mengadakan gotong royong oleh masyarakat dan melibatkan PNS. Populasi eceng gondok yang selama ini dianggap sebagai bahan sumber pencemaran, dapat dikurangi dengan memanfaatkannya sebagai bahan kerajinan anyaman dengan pembinaan oleh Dinas Perindustrian  Kabupaten Kerinci, namun semua upaya ini juga tidak membuahkan hasil. Populasi eceng gondok tetap tinggi yang mengakibatkan lebih dari 80 % permukaan Danau Kerinci di masih penuhi oleh eceng gondok.

Akibat lain yang timbul dari  perkembangan eceng gondok tersebut adalah menurunnya produksi perikanan di danau Kerinci dari 780 ton/tahun menjadi 280 ton/tahun.

Pemerintah Kabupaten Kerinci bekerjasama dengan Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Jambi dan Puslitbang Limnologi LIPI Bogor serta Fakultas Perikanan IPB Bogor memulai program manipulasi biologi untuk mengendalikan pengembangbiakan eceng gondok. Pengendalian eceng gondok dilakukan dengan menebarkan sebanyak 48.500 ekor benih ikan koan ke Danau Kerinci. Bupati Kerinci Fauzi Siin pada saat itu mengatakan selama tiga tahun dari tahun 1995 – 1997 benih ikan koan yang dilepas ke danau Kerinci itu menampakkan hasil nyata. Ribuan ikan koan itu setiap hari memakan akar eceng gondok membuat tanaman air itu makin berkurang dan mati.

Pada Tahun 1998 permukaan danau Kerinci benar-benar bersih dari tanaman eceng gondok dan hamparan lebar permukaan danau kembali tampak indah dan berseri. Bersihnya permukaan danau Kerinci dari eceng gondok membuka peluang usaha bagi penduduk yang bermukim disekitar danau. Permukaan danau ini dapat digunakan sebagai areal budidaya keramba jaring apung oleh masyarakat setempat. Warga yang bermukim disekitar danau dapat dengan leluasa menangkap ikan baik dengan mamancing maupun dengan jala.

Peluang usaha  di Danau Kerinci diperkirakan dapat dibangun sekitar 20,000 unit jaring apung, namun kini belum dimanfaatkan secara maksimal oleh masyarakat yang ada. Permukaan air danau yang bersih juga dapat menjadi objek wisata memancing dan wisata air lainya.

Ikan koan yang terus tumbuh  dan berkembang juga dapat menjadi sumber pendapatan warga setempat karena dapat dikonsumsi dan rasanya tidak kalah dengan jenis ikan air tawar lainya. Keberhasilan Kabupaten Kerinci dalam membersihkan eceng gondok dari Danau Kerinci menjadi contoh dan acuan daerah lain di Indonesia. Pemerintah Provinsi Irian Jaya melalui instansi terkait pernah mengirimkan utusan untuk mempelajari cara memberihkan danau dari eceng gondok guna untuk diterapkan didaerahnya.

Pemanfaatan lain Danau Kerinci adalah sebagai objek wisata. Yang mana sewaktu eceng gondok masih ada kunjungan wisatawan ke Danau Kerinci tidak sebanyak seperti sekarang. Sebagai bukti adalah telah diselenggarakannya Even Nasional di Danau Kerinci yaitu Festival Masyarakat Danau Kerinci (FMPDK) yang untuk tahun ini telah dilaksanakan sebanyak 10 kali Even Nasional dilaksanakan rutin tiap tahun yang pusat kegiatannya diadakan di Danau Kerinci.

Danau Kerinci telah ditetapkan sebagai kawasan minapolitan perikanan berbasis perairan umum oleh Kementerian Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia sebagai kawasan produksi dan pembudidayaan ikan.

Dengan ditetapkannya Danau Kerinci sebagai kawasan minapolitan, bersamaan dengan hal itu DKP juga menetapkan ikan semah sebagai produk unggulan nasional yang hidup di dalam Danau Kerinci.

Selanjutnya, dalam pemanfaatan perairan umum untuk tujuan pembangunan sektor ekonomi guna meningkatkan kesejahteraan rakyat, Pemerintah berencana meningkatkan usaha penangkapan ikan di perairan umum dengan berbagai perlakuan. Untuk perairan umum yang relatif tertutup seperti waduk dan danau dikembangkan sebagai sistem yang dikenal sebagai cul-ture base fisheries (CBF) yaitu pengembangan usaha pembenihan dan pendederan ikan untuk mencapai ukuran tertentu yang selanjutnya ditebarkan di waduk atau danau.

Untuk mendukung program tersebut, pemerintah merencanakan akan memberdayakan panti-panti benih ikan yang sudah ada atau dapat juga membangun mini hatchery yang khusus menyediakan benih untuk keperluan pemulihan sumber daya ikan.

Pada pada tahun 2010 ini Pemerintah Kabupaten Kerinci telah menebar 185.000 ekor benih ikan semah ke dalam Danau Kerinci. Pada bulan Juni 2010, Pemerintah bersama masyarakat telah menebar ikan semah sebanyak 150.000 ekor. Pada bulan Maret sebanyak 15.000 ekor dan pada FMPDK X ini Pemkab kembali menebar ikan semah sebanyak 20.000 ekor.

Dengan ditebarkannya ratusan ribu ekor ikan tersebut, mudah-mudahan ikan tersebut akan terus tumbuh dan berkembang di dalam Danau Kerinci, di samping itu juga diharapkan kepada nelayan perairan Danau Kerinci untuk tetap menjaga kelestarian ikan tersebut sehingga program Pemerintah Pusat One Man One thousand fries (satu orang seribu ikan) dapat terlaksana.

Dampak lain dari hilangnya eceng gondok di Danau Kerinci adalah berkurangnya populasi ikan-ikan kecil, kerang dan udang kecil. Kejadian ini apakah ada hubungannya dengan berkembangnya populasi ikan koan yang bertindak sebagai predator eceng gondok yang menyebabkan planton-plankton (makanan ikan) menjadi habis. Kedepan mungkin kami sarankan untuk diadakan penelitian.

Bab III  Penutup

Demikianlah paparan singkat tentang Kisah Sukses Penanganan Eceng Gondok di Danau Kerinci ini disampaikan dengan harapan semoga apa-apa yang telah kami lakukan dapat menjadi contoh dan perbandingan bagi daerah-daerah yang mempunyai masalah yang sama dengan Kabupaten Kerinci.

                                                                                          Kerinci,     Oktober 2011.

BUPATI KERINCI,

H. MURASMAN

Leave a comment