Selamatkan Danau Limboto

Selamatkan Danau Limboto

Sumber: http://www.facebook.com/group.

Pengantar:

Diskusi ini dicopy paste dari grup: “Selamatkan Danau Limboto” yang  dikelola oleh Muhammad Djufryhard (Moderator), Arbyn Dungga (Owner/Creator) dan Verrianto Madjowa (Moderator).

Sebagai semacam pengantar diskusi adalah tulisan dari Verrianto Madjowa berikut:

TEMPO Interaktif, Gorontalo: Guna menyelamatkan Danau Limboto dibutuhkan dana sebesar Rp 520 miliar. Dana ini antara lain akan digunakan untuk mengeruk lumpur dan mengurangi sedimen yang masuk ke danau. “Sedimen makin hari makin bertambah,” kata Bupati Kabupaten Gorontalo David Bobihoe, Minggu (14/12).

Menurut David upaya menyelamatkan Danau Limboto harus dilakukan bersama. Bukan hanya pemerintah Kabupaten Gorontalo dan Kotamadya Gorontalo. Pemerintah Provinsi Gorontalo juga sedang menggodok peraturan daerah tentang pengelolaan danau.

Akibat meluapnya Danau Limboto, sudah sebulan lebih warga yang ada di sekitar kawasan tersebut terendam banjir. Sebagian warga yang berada di lokasi yang terendam banjir ini tidak ingin dipindahkan. “Di Telaga ada 700 rumah yang terendam,” kata David.

Kepala Bagian Humas Pemerintah Kabupaten Gorontalo Syafrudin mengatakan pemerintah telah membuat rumah panggung. Rumah panggung ini berfungsi untuk menampung pengungsi.

Verianto Madjowa – Tempo

Kibor Qb wrote: at 9:17pm on December 16th, 2008

gabung ahhh …. jadi tukang perahu

Atay Hala wrote: at 9:31pm on December 16th, 2008

suka olo uwti, critanya atay tinggal di Luhu, telaga….. yang dp karja baru ba togor2 tetangga yang jaga ba buang sampah k koala “bahasa lo luhu” (saluran) baru kalo moba blang bo dorang mojawab……”besok sotidak mo buang di koala no’u” atau ” ihh, ikan jawa (mujair) suka rumpu2 cap luhu” ……. pata’o mapongola mayi anu so bagini?

BTW rumpu dr patorang di luhu itu tembus danau eeeee? in my mind, semakin hari semakin enak olo rasa lo ikan jawa am, tantu pengaruh makan rumpu dr patorang yitoooo….hahaha:) what will i do? give me solution….am i changes theire mindset? yakkkkks

Atay Hala wrote: at 9:48pm on December 16th, 2008

1 lagi aaaammm lalu pas ada ta banonton acara 3 gadis petualang pokoknya yang di TransTV hu tantu ta shoot gaga torang pe danau yang aduhai itu……hahahaha ada saran……saran biongo 1. buat DR. Enceng…… coba ciptakan dulu EG jantan…supaya tidak ada pembuahan…”ih main anggar uam..” 2. buat DR. Gondok……ciptakan ATM kondom untuk EG,yah hasrat terpenuhi….tp mengindari pembuahan…….

Dedy M Hurudji wrote at 10:46pm on December 16th, 2008

kurang jaga dengar ini orang jaga ba janji m kase slamt trang pe danau ini eh,,apalagi ada pmlihan,,wuih bukan main drang mulai jdkan sasaran poli ati ini danau,,,apalgi 700rmh hitung 1 1 jo yg wajib pilih bukan main do kang,,,hiks..hiks..hiks..

Dedy M Hurudji wrote on December 16, 2008 at 7:48am

saya trngat waktu ka Rahman Dako da ba bicara di koran GTLPOST tahun 2004 dp bulan so lupa sup ada blang dp cara m kase slamat danau lapas akang BUAYA biar cuma 10 ekor so tidak ada lagi yang m ba kapling itu danau..bagaman menurut li pak jufry poli ju…

Iwan Hunowu wrote on December 16, 2008 at 7:31pm

hahaha…. kage masalah laeng yang muncul poliii…. Mengurusi konflik buaya dengan manusia….

Iwan Hunowu wrote at 10:29am on December 17th, 2008

Ba gabung jo…

Taufan Ivan Modjo wrote at 10:41am on December 17th, 2008

butuh dana Rp. 520 M, kalo gitu kita basumbang Rp.100.000, ada yang lain….

Ani Sekarningsih wrote at 10:50am on December 17th, 2008

520 miliar rupiah? Pyuh, pyuh, pyuh…. pengusaha mana ya yang rela berkorban untuk danau yang tercinta? Tidak sadiki ammmm… Adakah NURANI pemimpin yang ideal mau membenahi danau Limboto dan mengesampingkan kepentingan pribadinya? Jangankan ratusan miliar seperti yang tertulis untuk membenahi danau. 1 miliar saja belum tantu bisa terkumpul, belum bocornya. Oooopppsss. Awali dari yang sederhana dululah. Bikin aturan ketat untuk menjaga sampah tidak dibuang ke danau, eceng gondok dibersihkan, tanggul-tanggul diperbaiki secara gotong royong.

Di MIPA UNG, ada seorang dosen, DR. Utina, yang memahami ulah nelayan danau yang membuat penangkaran ikan hulu-u namun membawa dampak pendangkalan danau. Mereka tidak salah, tetapi kurang mendapat penerangan yang mencerdaskan.

Kayaknya aku sih, hanya mampu bergabung deng Qbor, jadi tukang foto keliling aja,ah. 🙂

Funco Tanipu wrote at 3:52pm on December 17th, 2008

Bisa disimpulkan, tanpa ratusan miliar itu, Negara tak akan membenahi danau..

Taufik Cono Harun wrote at 5:13pm on December 17th, 2008

di bentuk saja satu badan khusus menangani danau itu dari A-Z segala tetek bengek dan di payungi dengan perda atau peraturan apa saja dari pemerintah. nah, kalo sdah jalan, tinggal mencari dana dari pihak luar/asing yg menangani masalah ini…:) boleh bagitu pak..? tatalawa ini usul ehh..soalx capek skali abis bapasang mikrotik sup sampe malam..:D

Iwan Hunowu wrote at 8:56am on December 18th, 2008

Usulnay Ibu Ani sama Taufik sudah pas… Awali dengan yang sederhana…perbanyak kegiatan awareness dan pencerahan…dan payungi dengan aturan…satu lagi yang mungkin penting KONSISTEN dalam pelaksanaannya… Bolo maapu wanu bo tatalawa…

Ani Sekarningsih wrote at 9:21am on December 18th, 2008

Ada pesan dari oom Henky Uno semalam, pi lepas saja dulu buaya, dan buatlah jalanan seputar danau, baru itu cari sponsor luar negeri yang turun tangan membenahi danau. Wakakakak…

Danny Rogi wrote at 9:37pm on December 18th, 2008

Saya pertama kali datang ke danau ini tahun 1998…pas sepuluh tahun yang lalu. Yang membuat kagum adalah masih cukup banyak elang laut perut putih (Haliaeetus leucogaster) di perairan ini. Sayang tidak sempat diabadikan…ga punya kamera. Saat ini, sudah sekitar setahunan, bolak balik ke tempat ini, belum pernah berjumpa lagi satu ekor pun jenis tersebut. Kemana burung-burung itu pergi dan mengapa tidak kembali? Saya menduga, mungkin ada jenis ikan lokal tertentu, yang menjadi makanan khas sang burung sudah tidak ada lagi di danau ini. Ikan ikan tersebut mungkin sudah punah karena adanya pencemaran di danau ini. Petunjuk penting dari adanya pencemaran adalah dengan banyaknya eceng gondok di wilayah ini. Eceng gondok adalah bio indikator yang baik untuk melihat pencemaran.

Ramang H Demolingo Full wrote at 3:10pm on December 24th, 2008

Saya setuju dgn Bung Taufik Harun…… bikin perda dari A-Z yang bisa mengatur semua kepemilikan. Bagaimana bisa….rata rata kapling di danau limboto hampir semua adalah milik oknum para pejabat dan oknum anggota Legislatif. Jadi mereka mereka ini harus kita singkirkan dan selanjutnya yang ada di forum ini yang akan mengganti mereka. Ke dua adalah kalau kita semua sudah ada di sestem, hal pertama kita minta tolong kepada bung Funco Tanipu untuk membuat suatu research tentang penduduk yang tinggal di bentaran danau. Setelah itu mereka akan kita relokasi ke lahan lahan yang kurang produktif seperti di bukit bukit yang ada di dekat danau, dengan tentu kita persiapkan dulu pemukiman mereka. Dan yang ketiga adalah usulan OH pigi lapas itu buaya disana biar oknum oknum pejabat dan anggota legislatif tidak akan mengkapling danau lagi. Kan.. sudah ada Buaya yang jaga,,,,hiks,,, asal olo bukan Buaya darat,,,,,,bisa bahaya, nanti semua gadis gadis cantik di BATUDAA bisa punah. he he

Dedy M Hurudji wrote on December 28, 2008 at 10:51am

banyak Kisah,cerita,,keluh kesah,,yang bisa di dapatkn dari lokasi danau limboto,,dan mungkin bila kita sering bc GTLOPOST(ma promosi poli uti am) fungsi lain dari danau adalah TPM atau tempat pembuangan mayat..atiolo danau eh..karna nanti ada kpntingan baru m bilang Care trhadap danau..wolo patuju ju’u.. yang terpenting bgmana dulu danau bersih dari pengkaplingan oleh orang2 tertentu,,,,bukn bersih dari enceng gondok,,wakakaka.

Verrianto Madjowa wrote on January 12, 2009 at 2:57am

Menjelang Akhir Sumpah Limboto Satu-satunya danau di Gorontalo terancam musnah. Akibat pendangkalan dan penyusutan. Pemerintah menyiapkan peraturan daerah untuk menyelamatkannya. Lebih lengkap di Majalah Tempo Edisi 47/XXXVII 12 Januari 2009

Verrianto Madjowa wrote on January 14, 2009 at 12:47pm

Majalah Tempo Edisi 47/XXXVII 12 Januari 2009 Menjelang Akhir Sumpah Limboto Satu-satunya danau di Gorontalo terancam musnah. Akibat pendangkalan dan penyusutan. Pemerintah menyiapkan peraturan daerah untuk menyelamatkannya. HAMPIR tiga bulan Umar Saleh tak pernah lagi berperahu ke tengah Danau Limboto, tempat ia mencari nafkah sehari-hari. Luapan air danau di Kabupaten Gorontalo itu tak kunjung surut. Itu membuat ayah dua anak ini patah arang. ”Bila dipaksakan, hasilnya takkan lebih dari satu kilogram,” kata nelayan berusia 32 tahun ini. Walhasil, Umar lebih banyak menghabiskan waktu membantu istrinya menjaga warung rokok di pinggir jalan tepian danau. Umar masih lebih beruntung dibanding tetangganya yang tak punya warung. Mereka terpaksa setia berjam-jam mengarungi danau seluas 3.000 hektare itu—hampir tiga perempat luas Jakarta Pusat. Tengoklah hasil tangkapan yang mereka jajakan di lapak-lapak reyot sepanjang jalan. Cuma ikan betok dan gabus, paling banter seukuran dua jari orang dewasa. ”Sehari torang (kami) cuma dapat Rp 10 ribu. Itu pun sudah bagus,” kata seorang nelayan. Umar bercerita, di masa kecilnya, tak sulit memperoleh hasil tangkapan hingga sepuluh kilogram. Kini ikan-ikan khas danau itu tak lagi ditemukan: ikan saribu, huluu, dan tola, yang ukurannya lebih besar daripada tangan orang dewasa. Kepiting dan udang yang dulu pernah mendiami danau ikut punah. Padahal pemerintah pernah membangun tiga gedung pelelangan ikan buat menampung hasil nelayan. Tidak cuma membuat hasil tangkapan menyusut, luapan juga merendam ribuan rumah di enam kecamatan di Kabupaten Gorontalo dan satu kecamatan di Kota Gorontalo. Perahu yang biasa dipakai buat mencari ikan pun kini beralih fungsi menjadi sarana transportasi lingkungan. Rumah Umar di Kecamatan Telaga, misalnya, terendam setinggi lutut orang dewasa. Sawah dan kebun jagung di sekeliling danau mengalami gagal panen dan tampak seperti rawa. Banjir di sekeliling Limboto memang sudah menjadi ritual tahunan di danau itu, yang pernah menjadi tempat pendaratan pesawat amfibi yang membawa Presiden Soekarno pada 1957. Hanya, tahun ini luapan air datang lebih cepat daripada musim hujan dan tak kunjung surut. Pemerintah Kabupaten Gorontalo pun cuma bisa memberikan bantuan darurat berupa kebutuhan pokok dan air bersih buat sebagian warga yang rumahnya terendam. Ketua Badan Pengurus Jaringan Advokasi Pengelolaan Sumber Daya Alam, lembaga swadaya masyarakat pemerhati kelestarian lingkungan di Gorontalo, Muhammad Djufryhard, mengatakan, sebagai danau penampungan, Limboto sudah kelebihan muatan. Sebanyak lima sungai besar dan 23 anak sungai dari pegunungan yang memagari sebuah lembang besar—mencakup Kota Gorontalo, Kabupaten Bone Bolango, dan Kabupaten Gorontalo—bermuara ke danau. Satu-satunya saluran pembuangan dari danau adalah Sungai Tapodu, ke Teluk Gorontalo. ”Jadi, jika hujan di hulu sungai, tinggal menunggu datangnya banjir,” kata Djufry. Tapi, ia mengatakan, yang tak kalah mengkhawatirkan dibanding limpahan air ke danau adalah berton-ton material yang saban hari mengalir bersama air. Material ini perlahan-lahan menguruk dasar danau. Inilah yang menyebabkan pendangkalan drastis di Limboto bertahun-tahun silam. Data Departemen Kehutanan menyebutkan kedalaman Limboto mencapai 30 meter pada 1934. Hingga 1950-an, dasar terdalam danau masih sepuluh meter lebih. Sekarang, jika musim kemarau tiba, kedalaman danau cuma 1,5 meter. Tempo, yang mengukur kedalaman danau pada pertengahan bulan lalu, dalam kondisi banjir, mendapati rata-rata kedalaman di tengah danau tak lebih dari 3,5 meter. Mirip genangan saja, tak ada arus atau gelombang air. Menurut Kepala Balai Lingkungan Hidup, Riset, dan Informasi Provinsi Gorontalo Rustamrin Akuba, dua juta meter kubik material masuk ke danau saban tahun. Biang keladi sedimentasi adalah pembalakan liar di hulu. Selain itu, kegemaran warga mengambil batu dari sungai membuat material leluasa meluncur tanpa penghambat. ”Pendangkalan danau yang sangat cepat merupakan indikasi kerusakan daerah aliran sungai,” katanya. Tentu saja pendangkalan sungai juga berkat kelakuan para peternak dan penangkap ikan yang memasang keramba dan alat penjebak. Biasanya alat-alat yang sudah tak terpakai ditinggalkan begitu saja. Selain itu, lebih dari separuh permukaan danau telah dikaveling-kaveling menjadi ”milik pribadi”. Tempo, yang berperahu ke tengah danau, harus berzigzag buat menghindari kompleks kaveling yang mirip dengan lingkungan perumahan terapung. Pendangkalan diperparah dengan menyusutnya luas danau, dari 7.000 hektare pada 1934 menjadi kurang dari separuhnya saja saat ini. Penyebabnya, ketika air surut, warga mendirikan bangunan. Penguasaan lahan yang awalnya liar itu malah dilegalisasi oleh pemerintah pada 1995 dengan membagikan sertifikat gratis. Sebagian lahan juga dipaculi hingga menjadi sawah dan kebun jagung. Misalnya lahan seluas 200 hektare di Desa Bolihuangga. Arus material dan pupuk dari sawah dan kebun yang terbawa banjir membuat air danau kaya unsur hara. Akibatnya, tanaman air pengganggu alias gulma seperti eceng gondok merajalela. Menurut Djufry, awalnya eceng gondok tak dikenal di Danau Limboto, tapi entah bagaimana caranya, tumbuhan ini bisa menutupi lebih dari tiga perempat permukaan danau, bahkan memusnahkan teratai dan dumalo yang pernah menghiasi permukaan danau. Banyaknya tumbuhan itu mengurangi oksigen sehingga air tak ramah bagi ikan. Guntung Yakin, 45 tahun, adalah peternak mujair dengan jaring apung yang merasakan dampaknya. Bila ia melepas 15 ribu bibit ikan, separuhnya saja yang bisa berkembang hingga dewasa. Itu pun pertumbuhannya sangat lambat. Ikan baru bisa dipanen setelah 5-12 bulan. Padahal, tujuh tahun lalu, setelah tiga bulan, ikan bisa dipanen dengan berat satu kilogram. Usaha memusnahkan eceng gondok bukan tak ada. Guntung mengatakan warga berulang kali mengangkat eceng gondok, tapi pertumbuhannya jauh lebih cepat. Bulan lalu, personel Tentara Nasional Indonesia diturunkan buat mengangkuti eceng gondok. Toh, tak ada perubahan berarti. ”Eceng gondok ini mulai ada lima tahun lalu,” kata Guntung, yang juga Ketua Organisasi Pelestari Danau Limboto, lembaga yang dibentuk warga Desa Barakati, Kecamatan Batudaa. Dengan kondisi itu, Djufry memprediksi Danau Limboto akan lenyap dalam waktu dekat. ”Sementara kita mengadakan diskusi dan seminar, danau ini sudah jadi rawa,” katanya. Lenyapnya danau sudah pasti berdampak buruk bagi lingkungan di sekitarnya karena hilangnya cadangan air tanah. ”Saat danau surut saja, air tanah terasa sangat berkurang,” kata Arto Naue, Ketua Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten Gorontalo. Bupati Gorontalo David Bobihoe Akib mengatakan, untuk menyelamatkan Limboto, dibutuhkan setengah triliun rupiah. ”Uang sebesar ini antara lain untuk mengeruk lumpur dan mengurangi material yang masuk ke danau,” katanya. Pemerintah Provinsi Gorontalo sedang menyiapkan peraturan daerah tentang pengelolaan danau. Sebelumnya, Kementerian Lingkungan Hidup memasukkan Limboto ke dalam sepuluh danau rusak parah. Bagi warga Gorontalo, Danau Limboto bukan cuma aset lingkungan dan ekonomi, tapi juga bernilai sejarah dan sakral. Konon, di danau inilah tiga abad silam Raja Gorontalo dan Raja Limboto mengucapkan janji damai yang mengakhiri perang seabad kedua kerajaan itu. Keduanya melemparkan rantai dan pedang ke danau sebagai simbol persahabatan. Sebagian janji itu berbunyi, ”Sumpah ini akan berakhir jika Danau Limboto surut.” Nah, apakah perang akan muncul lagi di sana? Adek Media, Verrianto Madjowa Danny Rogi wrote on January 15, 2009 at 9:27am

Nah ini dia tulisan yang memperkuat kenapa Elang Laut yang dulu banyak kita lihat di tahun 98 udah ngga ada lagi sekarang di danau Limboto…manusia aja udah kesulitan dapet ikan, apalagi burung.. Jangan lupa, limbah rumah tangga di sekitar danau juga semakin memperkuat unsur hara dimaksud, seperti peningkatan pemakain deterjen, dsb. Selanjutnya gimana? Benarkah setengah triliun rupiah akan mampu menyelamatkan danau Limboto?

Rahman Dako wrote on January 14, 2009 at 9:38pm

Biar bukan caleg, ini ada info dan saran untuk Danau Limboto Tadi lewat di Iluta, dapa lia itu proyek pembangunan shelter dan tempat pemancingan di dermaga pendaratan Soekarno mubazir. Pasalnya, tidak ada lagi t4 mo bapancing akang, samua so tatutup dgn eceng gondok, kurang lebih 1 mill dari pesisir danau. Perahu2 so susah mo ka danau, restoran apung di tengah danau juga ndak bisa didatangi. Let’s work together for bulalo lo limutu. Sarannya, pemerintah provinsi harus bekerja sama2 dgn pemerintah kabupaten Gtlo, Kota Gtlo, Bonbol, universitas, LSM, masyarakat untuk menyelamatkan hulu sungai, moratorium logging, membuat dan menegakkan kebijakan pengelolaan danau yang terintegrasi dari hulu sampai hilir. Kapan dimulai

Jemi Monoarfa wrote at 10:45pm on January 14th, 2009

Soal PERDA dan lain2 itu dah ada ada tapi sayangya ng jalan alias dong cuma taru dirak buku dikantor for kase banya koleksi buku di kantor. Proses hukumnya jalan ditempat, oknum Polisi sering manfaatin kasusnya for kase nae jabatan/pangkat atw mungkin “CARI MUKA”. Belum lagi pembangunan PENTADIO RESORT yg menggunakan lahan disekitar Danau. Cerita Danau Limboto pasti nyanda lengkap kalo torang blum rasa ikan Hulu, Manggabai, Payangga, Dumbaya, Tola, Sogili, Kabos dll….. Report

Vierta Ramlan Tallei (Institut Teknologi Bandung) wrote at 2:10am on January 18th, 2009

Saya sedang melakukan pengumpulan data untuk tesis saya terkait dengan pemanfaatan lahan tepi Danau Limboto sebagai ruang terbuka publik (lakefront). Barangkali ada teman-teman yang punya referensi yang bisa disharing? Barangkali perda danau, CIDA report, dll… tks. Report

Ismet Padja wrote at 9:43pm on January 22nd, 2009

Danau Limboto..? Masih adakah Orang Yang Peduli dengan Danau Limboto..? Coz Selama ini Hanya Wacana Tentang Penyelamatan Danau Limboto, Pada Akhirnya tetap selesai dan Habis pada Wacana aja. gak ada Realisasi. Coba di Perhatikan,… Apa Sudah ada Kegiatan Yang Riil di Laksanakan Baik itu Oleh Pemerintah Provinsi atau Pemkab Gorontalo Sendiri..>? Sudah adakah Dana (walaupun Sharing Doang) Yang Sudah Di Sediakan Oleh Pemerintah..? Sudah Adakah,….>? Kapan “mereka” Akan Berhenti Bermain dengan Wacana..? Kapan “mereka” Akan Action secara nyata..? Tanyakan Pada Rumput or “Kick Andy” Bravo Gorontaloku.

Yuyun M Wiguna wrote at 3:06pm on January 23rd, 2009

So talalu tua itu danau limutu atyyyy…jadi so jadi malas olo org2 mo ba urus!!! so tida top kalo dorang bilang…

Tietie Lihawa wrote at 8:49pm on January 23rd, 2009

Danau Limboto tidak lama lagi tinggal cerita sejarah buat anak cucu. Penyelamatan danau tidak dilakukan terpadu. Masing2 instansi seolah ingin jadi pahlawan sebagai penyelamat danau.

Tietie Lihawa wrote on January 23, 2009 at 5:57am

Ada sekitar 319.325 ton/tahun sedimen yang masuk ke danau. Sedimen itu sebagian dari erosi yang terjadi di hulu. Erosi terjadi karena a.l hutan pada gundul, ladang jagung yang “awam” tumbuh subur dimana-mana. Kalo cuman diatasi di hilir, hanya sementara. Tetapi kita cari penyebab utamnya. Penyelamatan danau tidak bisa dinilai dengan uang. Relatif…….

Myther Rahman wrote at 5:43pm on January 26th, 2009

b plih ksna org yg bsa b kse ga2 ulg i2 danau lmbto… ini thun pmilihan.. jd b plih org yg pny visi dan misi b kse ga2 ulg danau lmbto…

Atay Hala wrote at 9:53am on January 27th, 2009

ambungu??? bo sapa tau takuti dorang caleg pe hati mengenai danau limboto. huuuu tantu bo so jadi itu poli dorangpe karja,,,,kata2 olo danau limboto dorang kase nebeng pa dorang visi misi………………….polame ma’a odito dang…

mmmmm kak myther……ti ibu Amanda olo itu bole….ti beliau kan rupa ba lingkungan hidup bagitu… bagimana? haha

Erick ‘achoen’ Hippy wrote at 3:31am on January 31st, 2009

Ati olo ini danau..kira-kira bagini stow… Selama pemerintah daerah tidak mampu mengendalikan perkembangan fisik di daerah sekitar danau dan penggundulan hutan di daerah hulu, danau limboto akan tetap kritis dan banjir tetap mengancam. Danau merupakan sebuah cekungan raksasa tempat berkumpulnya air dari daerah sekitar, mungkin saja sedimentasi cukup tinggi karena karena di bawa arus dari hulu…musim hujan banjir mengancam, musim kemarau danau kering. Bantuan pemerintah hanya akan bersifat sementara untuk mengatasi permaslahan di danau limboto dan sekitarnya, tanpa pengendalian pemanfataan ruang di daerah sekitar danau…segera sebelum terlambat. Isu akan adanya Perda tentang Danau Limboto sangat baik, mudah-mudahan perdanya sangat aplikatif untuk dijalankan dan tidak menyusahkan masyarkat terutama di sekitar Danau Limboto.

Erick ‘achoen’ Hippy wrote at 3:52am on January 31st, 2009

Sebagai Masyarkat Gorontalo usul ya…..

  1. Perdanya mohon isinya bisa mempertegas Mekanisme insentif dan disinsentif bagi masyarkat yang terlanjur tinggal di daerah konservasi Danau Limboto maupn sungai sebagai bagian dari peraturan zonasi pemanfaatan ruang wilayahnya
  2. Danau Limboto merupakan sebuah tempat penampungan (bozem) raksasa yang dapat mengendalikan banjir di Kota & Kab. Gtlo. Untuk mendukung fungsi danau dapat dibangun bebrpa bozem2 mini di beberpa lokasi untuk menampung debit air pad waktu hujan. Bozem juga dapat difungsikan sebagai RTH publik/wisata.
  3. Teman-teman Tolong dibikinkan forum dong…yang megkritisi perkembangan hulondhalo biar teman-teman yang ada di luar daerah bisa tau isu-isu yang ada di daerah.TOO RIMA KASIH

Siti Mayasari Pakaya (Universitas Hasanuddin) wrote at 11:24am on February 1st, 2009

atiolo ni limboto.. semoga usahanya berhasil y love hulondalo!

Vicky Katili wrote at 2:48pm on February 5th, 2009

Dengan penggelolaan yang mantap… insya. danau Limboto bisa menjadi sumber devisa daerah…. selamatkanlah dia…

Rickyanto Panai wrote at 8:39am on February 26th, 2009

Semoga komunitas ini bisa membawa suatu perubahaan yg besar dimasa yg akan datang, mari kita semua bersatu padu untuk menyelamatkannya……………….

Rickyanto Panai wrote at 8:39am on February 26th, 2009

Semoga komunitas ini bisa membawa suatu perubahaan yg besar dimasa yg akan datang, mari kita semua bersatu padu untuk menyelamatkannya………………

Fuad Pantoiyo wrote on March 4, 2009 at 1:32pm

bicara tengtang danau,uang 1triunpun tidak ada gunanya, secara garis besarnya perusakan telah terjadi di hulu dan hilir, danau limb hanya sebagai penampung dosa manusia gorontalo. kekramatan sumpah antar raja-raja juga seperti itu, mereka mengunakan danau sebagai tempat peguburan alat perang….hahaha, dalam hal ini seluruh aspek perlu di benahi dari sejarahnya, geologinya. dan lingkunganya. peran civitas akademis sgt perlu”takutnya ini hanya merupakan proyek baru yang melahirkan ketidakjelasannya .gorontalo harus belajar dari Kanal di tamalate.

◄▐▌▐▌ Pogz ▐▌▐▌► wrote at 4:09pm on March 8th, 2009

Saya berharap untuk semua orang yg ada di group ini, jgn hanya habis di saling memberikan komentar  tentang Danau Limboto…

Mari kita duduk bersama untuk memikirkan bagaimana caranya agar salah satu kekayaan alam yg ada di  gorontalo ini masih akan tetap ada di masa mendatang… >>>>>>>Salam Lestari<<<<<<<

KaruNia Tahir Kaharu wrote at 12:13pm on March 12th, 2009

intinya kesadaran moril kita semua

Arvan Tangoy wrote at 4:33pm on March 13th, 2009

dulunya pinggiran danau limboto itu sampai keblkng rmhx funco…akankan kita kembalikan seperti itu lagi….berapa banyak rmh yang sudah dihuni oleh masyarakat pinggiran danau yang hrs diberi konvensix…itu klo mau lihat Otili, tola, manggabai, huluu yang babasar dg payangga olo..

Ayu Melyani K wrote at 12:12pm on March 16th, 2009

i love u, limboto. Untuk dduk bersama membahas limboto ga cuma dibutuhkan komunitas, jaringan yg kuat, tapi koordinasi dg pemda setempat. Permasalahan di pemda salah satunya adalah kekuarangan dana untuk mempercantik limboto.

Budy Tjanning wrote at 10:36pm on March 17th, 2009

saya berharap kepada teman-teman yg tergabung dalam komunitas selamatkan danau limboto untuk mari bersama-sama kta memikirkan apa yg harus kta perbuat untuk palestarian danau limboto karena saya yg tinggal dekat dgn danau limboto sudah merasakan dampak dari pendangkalan danau limboto !!!

Ronzlandy Bakri wrote at 2:19am on March 18th, 2009

bumi itu indah,ketika bumi di rusak bumi rusak kita,karena tuhan buat bumi 1 x dan isinya tidak pernah di kurangi atau ditambah

Ronzlandy Bakri wrote at 2:36am on March 18th, 2009

ada cerita apa seh dari kisah danau limboto

Fuad Pantoiyo wrote at 1:44am on March 22nd, 2009

R.linggo: bukit mana lagi yang akan di rusak…

Jefriyanto Saud wrote at 2:53am on March 22nd, 2009

Ayu Melyani K wrote at 11:12am on March 16th, 2009 i love u, limboto. Untuk dduk bersama membahas limboto ga cuma dibutuhkan komunitas, jaringan yg kuat, tapi koordinasi dg pemda setempat…. (maap, lainnya aku potong)

SPAKAT,,, tambah satu lagi,,, KESADARAN dari semua pihak, Kesadaran dari semua masyarakat Gorontalo, termasuk sy… hehehehe

Prama Agustian Bilondatu wrote at 2:51pm on March 22nd, 2009

danau limboto memang perlu diselamatkan untuk kelestariannya, tolong pemerintah perhatikan lebih serius ke situ, jangan cuma menunggu ada pihak luar yang membantu…

Khairul Azzam Zakaria wrote at 12:55am on March 24th, 2009

Ketika Danau Limboto tidak lagi menjadi hal utama yang dipikirkan oleh Pemerintah saat ini, seketika itu pula Pemerintah sudah tidak lagi memperhatikan kehidupan masyarakat Gorontalo untuk sekarang dan nanti…,,

JADI….stop memilih Pemerintah tersebut kalo tetep tidak ada realisasi konkrit mengenai danau LIMBOTO…

Fuad Pantoiyo wrote at 9:35pm on March 25th, 2009

kelansungan hidup kt sebagi spesis lebih penting dr kelangsungan hidup kt sebagai individual” stop polusi bentor, eksporasi danau limboto, dan kegiatan yang berbau karbon dan hidrokarbon (CO2 dan HC) dengan tetap dirumah selama hari raya nyepi, seoga rakyat gorontalo sehat selalu”amin”

Alamsyah Palenga wrote at 8:29am on April 10th, 2009

tabe..maaf mw ty, apa sebenarnya yg terjadi di danau limboto? bgm keadaannyz skrg? berhubung kami bukan org gorontalo n tdk berdomisili di gorontalo. ada yg bisa bantu beri penjelasan?

Eeone Prasetyo wrote at 11:35am on October 9th, 2009

pelaksanaan Pengangkatan dan Pengolahan Pupuk Organik dari eceng Gondok pelaksanaanya bulan oktober 2009

Karl-Jonas Gynther (Universitas Gadjah Mada) wrote on January 19, 2010 at 5:15am

Ada yang tau 520 miliar tersebut mau dipakai buat apa saja? Dan darimana asal duit tersebut? Masih hanya impian atau ada dana (biar hanya sebagaian) yang siap diluncurkani?

Soalnya kalau ada niat yang tulus dari pemerintah dan mereka memang siap beraksi, ada kemunkinan untuk bisa lobi duit dari UE dan instansi lain, tapi kalau gitu semua info tentang projek apa saja yang harus dilaksanakan dan biaya harus jelas dan benar. .

Leave a comment